Sunday, May 20, 2012

Keperawanan

Saya prihatin membaca salah 1 posting di grup facebook yang saya ikuti. Wanita yang menulis posting tsb curhat bahwa keperawanannya dicabut tanpa seijin dia. Setelah itu, dia dipaksa orang tuanya untuk menikahi pria pencabut keperawanannya karena mereka takut tak ada pria lain yang mau menikahinya lagi.


(Menghela napas panjang.)


Bukankah ini GILA?

Seorang wanita yang sudah menderita karena keperawanannya dicabut tanpa seijin dia malah diperintahkan hidup bersama pria yg dia benci itu?

Saya makin MARAH sebab kejadian ini tidak aneh di tengah² masyarakat kita.
Saya makin MARAH sebab "keperawanan" dihargai segitu tingginya sampai² ditempatkan diatas kebahagiaan seorang individu.

Itu bila kita lihat dari perspektif sang wanita. Bagaimana dari perspektif sang pria hidung belang? Pelajaran mahapenting dari kisah ini: cara enak untuk para pria hidung belang yang ingin menikahi seorang wanita Indonesia yang tak suka padanya adalah dengan mencabut keperawanannya. 

Seperti kata ilmu ekonomi: insentif itu penting. Budaya "tradisional" kita yang menempatkan keperawanan setinggi langit malah memberi insentif pada para hidung belang untuk mencabut keperawanan wanita. Jadi ...  selamat para orang tua yang memaksa putri mereka menikahi pria pencabut keperawanannya!! ANDA² INI secara tak langsung memberikan insentif pada para hidung belang yang lain!!

(Aspek) Budaya yang memaksa orang² tua melakukan hal macam ini adalah (aspek) budaya yang harus ditinggalkan. Budaya semacam ini sama seperti budaya korupsi, cuma akan membuat penganutnya menjadi bodoh, atau menderita, atau keduanya. Semakin cepat kita tinggalkan semakin bagus.

No comments:

Post a Comment