Showing posts with label Intervensi. Show all posts
Showing posts with label Intervensi. Show all posts

Friday, November 23, 2012

Resensi Buku "23 Things They Don't Tell You About Capitalism"


Saya sudah pernah menulis beberapa mitos yang dipercayai orang² kanan. Buku karangan Chang Ha-Joon ini menjelaskan BANYAK mitos mengenai ekonomi yang dipercayai orang² kanan. Berikut adalah 23 hal yang anda harus ketahui mengenai kapitalisme:

1) Tidak ada itu yang namanya pasar bebas.
2) Perusahaan sebaiknya tidak selalu dioperasikan demi kepentingan pemiliknya.
3) Kebanyakan orang di negara maju gajinya terlalu tinggi.
4) Mesin cuci itu lebih hebat pengaruhnya daripada internet.
5) Asumsikan yang terburuk dari orang lain, kau akan mendapatkan yang terburuk.
6) Stabilitas ekonomi makro tidak membuat ekonomi dunia stabil.

7) Kebijakan pro pasar bebas jarang menolong negara miskin.
8) Modal/kapital itu punya kewarganegaraan juga.
9) Kita masih hidup di era industri.
10) Standard hidup di Amerika Serikat bukan yang tertinggi di dunia.
11) Afrika tidak ditakdirkan untuk miskin.
12) Pemerintah bisa memilih pemenang.
13) "Trickle down effect" tidak bekerja.
14) Manager² di AS digaji terlalu tinggi.
15) Jiwa kewiraswastaan di negara miskin lebih tinggi daripada di negara kaya.
16) Kita tak cukup pintar untuk menyerahkan segalanya pada pasar bebas.
17) Pendidikan saja tidak cukup.
18) Apa yang baik untuk General Motors belum tentu baik untuk Amerika Serikat.
19) Kita masih hidup di era "Ekonomi terpimpin"
20) Persamaan kesempatan belum tentu adil.
21) Pemerintah yang besar membuat masyarakat lebih terbuka.
22) Pasar Finansial harus mengurangi efisiensinya.
23) Kebijakan ekonomi yang baik tidak membutuhkan ekonom.

Ini adalah buku yang baik untuk memperkenalkan ide² dasar ekonomi "non-kanan." Buku ini ideal untuk menjadi buku text "bagaimana cara mendebat ekonomi neo-liberal." Chang menjelaskan setiap point dengan detil, dengan contoh² kongkrit. 

Misalnya, ketika dia membahas #1 "Tidak ada itu yang namanya pasar bebas," dia menjelaskan bahwa semua yang kita sebut "pasar bebas" itu sebetulnya terbatas juga, masalahnya batasan²nya sudah begitu mengakar sampai² luput dari pandangan kita. Misalnya, pasar tenaga kerja kita dibatasi oleh UMUR. Semua negara maju sudah melarang "child labor," dan ekonom, politikus, dan usahawan paling kanan sekalipun takkan mengajukan argumen untuk "membebaskan pasar" dari "kekangan" batasan umur. 

Di #7, #12, #19, dan #21 Chang menunjuk bahwa kemajuan ekonomi Amerika Serikat, Jepang, Korea, Perancis, dan banyak negara lainnya bermula dari campur tangan pemerintah yang melindungi industri lokal dg subsidi, tarif, dan kredit murah. Sebaliknya, di #7 dan #11, Chang menunjuk banyak negara Afrika menjadi miskin karena mereka menggunakan kebijakan laissez-faire/neo-liberal. Hal serupa, to a lesser degree, terjadi di Amerika Latin.

Dst.

Bahasa yang digunakan buku ini juga tidak ber-belit², dan jargon² yg digunakan juga relatif mudah. Richard Feynman pernah bilang "Kamu tak bisa disebut mengerti sampai kamu bisa menjelaskannya pada seorang mahasiswa semester 1." Amin. Tidak seperti banyak buku yang ditulis untuk menunjukkan "kepintaran" penulisnya, buku ini mudah dibaca dan dimengerti. 


Buku ini amat disarankan untuk semua orang yang tertarik untuk memplajari ekonomi dan politik, baik dari spektrum kiri maupun kanan. Terutama untuk yang berada di kanan. Buku ini bisa membangunkan mereka dari mitos² mereka sendiri.

Monday, August 20, 2012

Resensi Buku "The Utility of Force"

Apa sih gunanya militer? Kebanyakan orang menjawab pertanyaan ini dengan jawaban idealis, langsung dari textbook "pendidikan Pancasila":
  • Untuk membela bangsa dan negara!
  • Untuk mempertahankan tanah air!
  • Untuk menjaga harga diri bangsa!
  • dll.

Saya lebih suka jawaban yang lebih kongkrit dan "to the point" tanpa glorifikasi:
  • Untuk membunuh musuh negara.
  • Untuk memberikan ancaman kematian pada musuh negara.
Lebih kongkritkan? Mari kita lanjutkan ke isi buku ini.

Buku "Utility of Force" karangan jendral Rupert Smith ini membahas sejarah aplikasi militer. Beliau menjelaskan secara garis besar ada 2 jenis bentuk perang:
  • Perang industri/industrial war
  • Perang di antara rakyat/war amongst people.
Apa bedanya kedua perang ini? Mari kita analisa, apa saja sih yang harus kita miliki untuk memenangkan sebuah perang? Clausewitz merumuskan hal tsb dalam bentuk sebuah trinitas : kemauan politik (Negara), dukungan rakyat (Rakyat), dan kemampuan militer (Militer). Dari situ kita bisa melihat perbedaan kedua jenis perang ini.


Perang Industri:
"Perang industri" bisa digambarkan dengan diagram di kanan.

Setidaknya 2 negara memiliki kemampuan trinitasnya masing². Militer kedua negara bertempur di medan perang (Panah merah di bawah), sementara politikus kedua negara saling mengajukan tuntutan dan penawaran (panah merah putus² di atas.). Perang industri menitik beratkan pada MILITER. Semua operasi dalam perang industri dimaksudkan untuk melemahkan, menghancurkan militer lawan, sementara segenap kekuatan negara dan rakyat dikerahkan untuk mendukung militer masing².

Itu sebabnya sekutu membom daerah Ruhr dan Tokyo. Mereka hendak melemahkan kapasitas industri yang menghidupi mesin² perang pihak Jerman dan Jepang. Ketika mereka membakar Dresden dan kota² lainpun mereka ingin agar semua rakyat sipil lawan mengungsi ke pedesaan, mematikan semua usaha untuk membangun kekuatan militer.

Perang industri mulai terbentuk setelah revolusi industri menciptakan trobosan tehnologi yang memungkinkan produksi massal senjata, komunikasi antara ribuan orang serdadu yang terpisah ratusan kilometer sekalipun, dll. Perang industri pertama adalah perang Napoleon, yang memperkenalkan 1 trobosan lagi yang fundamental: wajib militer. Mulai saat itu, perang adalah tanggung jawab seluruh bangsa Perancis, bukannya seglintir kaum elitenya dan tentara bayarannya.

Napoleon berkata"Buat apa saya memberitahu lawan cara saya berpikir?" tanya dia balik saat ditanya kenapa dia tak merumuskan ide²nya secara sistematis, membuatnya menjadi sebuah buku. Akhirnya, yang merumuskan semua ide² tsb adalah Carl von Clausewitz dari Prussia/Jerman, dalam bukunya Vom Kriege atau On War.

Intinya, perang industri bisa adalah "perang total," dimana 2 negara mengerahkan segenap kapasitasnya: rakyatnya, industrinya, sumber daya alamnya, segalanya, demi mengalahkan negara lawan. Perang industri semakin jarang terjadi karena perkembangan tehnologi juga: dengan adanya senjata nuklir, perang industri bisa jadi berarti kematian buat semua pelakunya. Karena itulah sekarang ini "Perang di antara rakyat"lah yang lebih sering terjadi.



Perang di Antara Rakyat
"Perang di antara rakyat" jauh berbeda dengan semua itu. Perhatikan diagram di kiri, kali ini "Rakyat" di kedua trinitas tumpang tindih.

Berbeda dengan perang industri, perang di antara rakyat fokus pada RAKYAT, bukan militer. Medan perangnya bukan di perbatasan 2 negara, tapi di tengah² kota. Seringkali, perang ini BUKAN menghadapkan 2 negara, melainkan aktor² non-negara seperti jaringan teroris, gerilya, dll. Medan perang sesungguhnya adalah di "hati dan pikiran" rakyat, dia yang berhasil mendapat dukungan rakyat akan memenangkan perang ini.

"Pertempuran menentukan" tidak akan sebanyak dan sedramatis di perang industri, ini adalah perang untuk menciptakan kondisi, atmosfer, yang makan waktu lebih panjang daripada cuma masalah "tentara siapa menduduki daerah mana" di perang industri.

Dalam perang ini, kedua belah pihak juga akan lebih ber-hati² dalam menggunakan kekuatan mereka. Buat pihak non-negara, hal ini disebabkan jumlah mereka sedikit, mereka takkan bisa mengganti anggota²nya yg tewas dg mudah. Buat pihak negara, korban jiwa juga akan membuat politikus² di ibukota kehilangan dukungan rakyat.


Kondisi Saat Ini
Lalu, apa kritik Smith thd kondisi militer saat ini?


Sederhana, semua militer masih dirancang untuk melakukan perang industri. Mereka memiliki struktur organisasi, perlengkapan, pelatihan, prosedur, dan paradigma perang industri, SAMBIL melakukan "Perang di antara rakyat."

Misalnya, pemerintah AS menghabiskan trilyunan Dolar mengembangkan dan membangun tank, jet tempur canggih, dan artileri berat, padahal semua itu tak berguna dalam perang di antara rakyat. Personil² divisi lapis baja Amerika Serikat adalah contoh lebih spesifiknya. Mereka dilatih untuk mengoperasikan Tank Tempur Utama (MBT) seperti M1 Abrams, tetapi masalahnya M1 Abrams BUKAN senjata yang tepat untuk pertempuran melawan gerilyawan di kota. Akibatnya, mereka akhirnya diterjunkan ke medan perang untuk bertempur sebagai infanteri. 

Smith mengusulkan untuk memodifikasi militer² agar bisa berperang dalam "Perang di antara rakyat." Namun, Smith rasanya terlalu naif ketika dia mengasumsikan risiko perang industri itu amat rendah. Kita sudah melihat masih diperlukannya perang industri ketika Rusia menginvasi Georgia, ketika kita membayangkan skenario ketegangan antara Cina dengan Jepang atau negara² Asia Tenggara atau Korea memuncak menjadi perang, ketika hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia memanas, dst. Militer yang dirancang untuk berperang melawan gerilya takkan bisa menghadapi perang industri. Tanya saja tentara Jepang di Manchuria saat mereka menghadapi invasi Uni Soviet di bulan Agustus 1945.


Mari kita kembali ke awal artikel ini, fungsi militer adalah membunuh musuh negara. Fungsi ini hanya bisa dijalankan dengan baik di saat "MUSUH NEGARA" teridentifikasi dengan baik. Ketika "musuh negara" tak bisa dipisahkan dengan non-musuh, aksi militer tidak akan membawa manfaat untuk negara pemiliknya. Karena itulah saya berpendapat polisi dan jaringan intelijen lebih tepat untuk dijadikan ujung tombak dalam perang melawan teroris. Kedua organisasi ini memiliki paradigma, prosedur, dan pelatihan untuk mengidentifikasi "musuh negara." Militer bisa membantu mereka di banyak kesempatan, misalnya dengan mengoperasikan Predator Drone untuk membom sarang teroris yang sulit dijangkau, atau ketika para teroris memutuskan untuk memulai perang terbuka, tapi militer yang dirancang untuk perang industri tidak tepat menjadi inti dari perang melawan teroris dan gerilya.


Akhir kata, buku ini wajib dibaca untuk orang² yang tertarik pada sejarah militer, orang² yang tertarik untuk mengkritisi "Perang melawan teror," dan orang² yang menggeluti politik luar negeri.


Catatan: Kedua diagram di atas adalah buatan saya sendiri. Silahkan menggunakannya, cantumkan saja saya sbg sumbernya.



Wednesday, August 1, 2012

Rohingya, Muslim, dan Aung San Suu Kyi

Bentrokan antar etnis/antar agama pecah antara etnis Rohingnya yang mayoritas Muslim dan orang² Burma yang mayoritas Buddhist. Rumor² bersliweran di jagad maya, termasuk foto² bohong/hoax. Ada banyak hal yang bisa dikomentari di sini:

1) Informasi dari daerah konflik tsb terlalu minim
Diambil dari wikipedia
Ini disebabkan oleh ketatnya pemerintah Myanmar mengontrol akses ke area konflik. Terjadilah apa yang Mark Humphrys sebut "Paradox of the Fisks", negara yang paling dikritik bukanlah negara yang paling sadis, tapinya negara yang paling bebas. Ini sebabnya kita bisa dengan mudah mengritik Amerika Serikat dan Israel: mereka menyediakan akses bagi semua orang untuk mendapatkan informasi. 
Absennya informasi ini membuat tidak ada analisa yang bisa dilakukan thd "bencana" ini. Sekali lagi, kediktatoran membantu kekejaman, membantu penutupan kesalahan, sementara demokrasi dan keterbukaan membantu kontrol, pengawasan, dan keadilan. Sekali lagi, demokrasi di Myanmar bisa mempermudah masalah ini. Dimana para Muslim ketika Amerika Serikat dan banyak pihak lain memperjuangkan demokrasi di Myanmar?

2) Berbeda dengan saat Amerika Serikat menyerang Iraq, kali ini tak ada Muslim yang menyatakan "Kedaulatan Nasional Myanmar harus dijaga! Jangan campuri urusan Myanmar!"
Dengan kata lain, Amerika Serikat itu seperi polisi, sementara para Muslim itu seperti hippies. Para hippies selalu memaki polisi ... kecuali ketika ada perampok menodong mereka ... kecuali ketika rumah mereka dibobol maling ... kecuali ketika anak mereka diculik, dst. 
Oh iya, saya sependapat dengan para Muslim soal Myanmar ini, kalau memang terjadi kejahatan thd kemanusiaan, orang² Rohingya HARUS dibela. Saya sudah bilang sebelumnya, kedaulatan nasional itu OVERRATED! Masalahnya sekarang, balik ke point 1, tak ada yang tahu apa yang terjadi di sana. Intervensi harus dilakukan dengan bijak, dengan informasi yang memadai, bukan dengan emosi semata.

3) Di saat yang sama, Aung San Suu Kyi bisu 1000 bahasa ...
Yang ini juga harus ditunjuk. Berbeda dengan orang² luar, Suu Kyi seharusnya memiliki informasi tentang konflik ini. Namun dia diam. 
Seandainya Suu Kyi sama butanya dengan kita tentang ini, dia tidak mengatakannya. Seandainya dia memang tak punya informasi, setidaknya dia punya tanggung jawab moral untuk memberitahu tentang betapa sulitnya mendapatkan informasi tentang ini DAN meminta orang² Muslim untuk tidak bertindak gegabah, bukannya mingkem, diam 1000 bahasa.
Karena aksi diam ini, banyak orang jadi menebak Suu Kyi sebetulnya pro pembantaian, sehingga dia mingkem demi "political correctness". Saya tak habis pikir kenapa dia diam. Suu Kyi memiliki tanggung jawab moral untuk BICARA. Dia seharusnya menenangkan semua pihak, bukannya bisu 1000 bahasa seperti sekarang.

4) Oh iya, Bangladesh yang Muslim juga menolak membantu warga Rohingya loh!
Bukan saya yang bilang begitu tapi PM Bangladesh sendiri, yang bilang juga Myanmar berhak memperlakukan Rohingya semau mereka:

Jadi, masalah ini bukan masalah Islam vs Buddha. Ini adalah masalah kemanusiaan, yang DIPERSULIT oleh kediktatoran Myanmar, dan pemerintah Bangladesh.

Tuesday, July 31, 2012

Perang Barbary

Perang Barbary adalah perang bersejarah, sebab dalam perang inilah untuk pertama kali marinir Amerika menjejakkan kaki di negara orang lain. Perang ini tak pernah disinggung dalam pelajaran sejarah Indonesia, sebab, mengutip kata-kata para pejabat Republik Mimpi, hal ini adalah hal yang seen-sii-tiif!! Kenapa sensitif? Mari kita simak ...

Sebelum Perang
Afrika utara, abad 17, Laut Tengah. Perompak di.mana-mana, dan perompak ini sangat ditakuti, sebab mereka bukan cuma merampok, tapi juga memperbudak semua non-Muslim yang jatuh ke tangan mereka. Mereka juga ditakuti karena mereka dipasok dan dilindungi oleh para Dey (Sebutan untuk penguasa di daerah Aljazair, Tunisa, dan Libya.). Kerajaan inggris dan perancis saja terpaksa membayar “Uang keamanan” agar kapal-kapal mereka tak diganggu. 

Kapal-kapal Amerika semula tak diganggu, sebab mereka adalah koloni inggris, dan saat perang kemerdekaan dimulai, mereka dianggap sebagai kapal-kapal perancis. Namun, saat tenang berubah saat mereka merdeka. Kini, mereka harus melindungi kapal mereka sendiri, sebab sesuai keinginan mereka, kini mereka bukan bagian dari negara eropa manapun. 

Maka, pihak amerikapun mengikuti teladan pelindung mereka sebelumnya: membayar uang keamanan. Thomas Jefferson yang saat itu menjadi dubes AS untuk Perancis tak setuju. Menurut Jefferson, pembayaran uang keamanan cuma akan mendorong aksi pemerasan lebih lanjut.  

Tahun 1786, Jefferson dan John Adams memutuskan berunding dengan duta besar Libya di London. Mengenai alasan perompakan, inilah yang dilaporkan Jefferson pada kongres (Diambil dari Wikipedia.org):

The ambassador answered us that [the right] was founded on the Laws of the Prophet (Mohammed), that it was written in their Koran, that all nations who should not have answered their authority were sinners, that it was their right and duty to make war upon them wherever they could be found, and to make slaves of all they could take as prisoners, and that every Mussulman (or Muslim) who should be slain in battle was sure to go to heaven.

Jefferson yang sudah panas sebetulnya sudah gatal untuk berperang, tapi John Adams mengingatkan dia bahwa Amerika Serikat saat itu tak memiliki Angkatan Laut yang memadai. Maka, Jeffersonpun memutuskan untuk menahan diri saat itu. Apa yang ditakutkan Jefferson menjadi kenyataan, para Dey terus menerus meningkatkan uang keamanan tsb, sampai² di tahun 1800, seperlima pemasukan negara AS digunakan untuk membayarnya. Kongres Amerika Serikatpun membangun AL untuk persiapan perang.

Perang Barbary
Begitu Jefferson akhirnya menjadi presiden AS di tahun 1801, beliau mengirim armada tempur dan marinir AS ke laut Tengah tahun itu juga. Pengiriman tsb terjadi setelah Yussif Karamanli dari Tripoli kembali meminta “uang keamanan”. Tahun 1805, Yussif menyerah setelah para marinir Amerika mulai merangsek ke Tripoli, dan mau meneken perjanjian damai dengan pemerintah AS. Dia bahkan menerima sejumlah uang yang merupakan “Uang Tebusan” atas pelaut Amerika yang dia tangkap. 

Namun, permasalahan belum selesai. Tahun 1807, perompakan dan perbudakan atas kapal Amerika kembali terjadi. Pihak Amerika saat itu berada dalam posisi tak baik. Hubungan dengan inggris dan perancis memburuk, dan perang melawan inggris di depan mata. Tahun 1812, terjadilah perang melawan inggris. Konsul amerika untuk Dey Aljazair diusir, dan pernyataan perang dikeluarkan oleh sang Dey.

Tahun 1815, perang melawan Inggris berakhir, armada tempur kembali dikirim. Setelah menangkap kapal bendera Aljazair, armada tersebut mengarahkan moncong meriamnya ke Algier, memaksa Dey Aljazair menyerah, mengembalikan semua tawanan, mengganti kerugian materiil Amerika, dan meneken perjanjian yang memastikan tak ada lagi perompakan. Namun, begitu armada amerika berangkat ke Tunisia untuk melakukan hal yang sama, sang Dey mengingkari perjanjian itu. Tahun depannya, armada gabungan dari inggris dan Belanda, yang memutuskan untuk tidak membayar “uang keamanan,” membombardir Algier, memaksa Dey Aljazair meneken ulang perjanjian dengan amerika dan negara-negara lain, mengakhiri secara de facto ancaman para perompak di Laut Tengah. 

Beberapa hal yang menarik dalam perang ini:
  1. Pernyataan dubes Tripoli pada Jefferson, yang menyatakan memperbudak penganut agama lain adalah perintah agama. Saya akan menghargai tanggapan dari saudara-saudara muslim yang menyangkal maupun mendukung, maupun menunjukkan letak pasti ayat Qur'an yang dimaksud sang duta besar.
  2. Adalah menarik, biarpun Amerika tak mau rakyatnya diperbudak, mereka sendiri terus memraktekkan perbudakan sampai puluhan tahun kemudian. Artinya, standard ganda amerika dan kefanatikan Libya sudah berbenturan sejak 200 tahun yang lalu.
  3. Pihak Amerika, setidaknya menurut Wikipedia, tak menggunakan agama sebagai dasar untuk memerangi para perompak ini, biarpun para perompak merasa ini adalah perang agama. Untuk hal ini, saya pribadi angkat topi buat para politikus Amerika. Sebuah perang selalu menjadi lebih kejam begitu sudah menjadi perang agama.
Jadi, sekali lagi, intervensi Amerika Serikat di luar negeri bisa berakibat positif. Dalam hal ini, intervensi Amerika Serikat praktis mengakhiri perbudakan dan pembajakan di laut Mediteran dan Atlantik.



Thursday, July 12, 2012

Amerika, HAM, dan RRC

Sebelumnya saya sudah bilang, demokrasi bukan panacea semua masalah tapi absennya demokrasi hampir pasti membunuh kemajuan. Demokrasi adalah sine qua non kemajuan.

Lalu, saya membaca sebuah berita dari detik.com tentang RRC tak senang mendengarkan pernyataan Hillary Clinton soal demokrasi. Lagu lama. Biar saya terjemahkan beberapa hal dari artikel tsb.

Ditulis:
"Siapa yang memberi Amerika hak untuk secara arogan mengkritik status demokrasi di Asia?"

"Amerika bukan hakim soal HAM untuk dunia dan Asia. Tak ada sistem umum yang cocok untuk semua negara,"

Dibaca:
"Hei, biarkan kami membungkam semua kritik di negara kami! Biarkan kami menindas rakyat kami! Kamu orang luar tak punya hak untuk mengritik kami!"

Dan makin lucunya artikel itu ditutup dengan:
"Benar bahwa memberantas ekspresi politik atau mempertahankan kontrol ketat atas apa yang dibaca orang atau dikatakan atau dilihat orang bisa menciptakan ilusi keamanan. Namun ilusi akan pudar, karena kerinduan orang untuk kebebasan tidak akan pudar," kata Hillary beberapa hari lalu.
Saat itu Hillary memang tidak menyebut nama China, namun menurut People's Daily, komentar tersebut jelas-jelas ditujukan ke para pemimpin China."

Komentar saya:
BERASA NIH YEEE!!

Gini deh para pemimpin RRC ... siapa yang memberikan kalian hak secara arogan untuk mengontrol segenap birokrasi, hukum, dan rakyat kalian? Siapa yang memberikan kalian status "Kebal kritik"? Hmm? Jawaban paling pro pemerintah RRC yang bisa saya pikirkan, yang tidak melibatkan ngarang² adalah "Rakyat Cina di akhir 1940an." Itu 60 tahunan yang lalu. 2-3 generasi yang lalu. Basi banget. Di sekolah, seorang siswa diuji setiap tahunnya apakah dia pantas naik kelas atau tidak. Di perusahaan, seorang karyawan terus menerus di evaluasi oleh bosnya. Terus, di RRC ini ada sebuah partai politik yang menguasai semua lapisan birokrasinya selama 60 tahun lebih tanpa di evaluasi oleh pihak lain dan mereka bicara soal arogansi?

Amerika tidak sempurna. Amerika juga sering memberlakukan standard ganda, kemunafikan, kesalahan, dll. Namun, bukan berarti omongan menteri luar negerinya bisa langsung diasumsikan "arogan" atau salah.

Apa? Masih menganggap Amerika arogan karena mereka "mencampuri urusan negara lain" karena mereka "meng-injak² kedaulatan nasional"?? News flash: kedaulatan nasional itu OVERRATED.



Saturday, June 30, 2012

Utopia

English:
I have some ideas how an ideal country worked. Hopefully, these utopian ideas aren't a "castle in the air." An ideal country for me is a country ...

Tuesday, June 26, 2012

Kedaulatan Nasional, Harga Diri Bangsa

Para tiran seperti Gaddafi, Assad, Kim Jong Il, dll biasanya terus menerus meng-ulang² frase "Kedaulatan nasional" dan "harga diri bangsa" ketika berpidato. Serius nih?

1) Negara yang dipimpin seorang tiran TIDAK PUNYA kedaulatan nasional
Perhatikan deh, memangnya siapa yang membuat keputusan di negara macam itu? Yup, cuma si tiran. Semua yang protes dan tak setuju pasti dibui atau ditembak mati. Yang negara² tsb miliki adalah kedaulatan Assad, kedaulatan Gaddafi, dst.

2) "Harga diri bangsa" saat itu sedang di-injak² oleh sang tiran
Perhatikan lagi point #1. Praktis sang tiran berkata L'etat c'est moi, negara adalah SAYA. Memang siapa dia? Hei, breaking news buat bapak tiran: ini abad 21 bukan abad 16.Arogan sekali menyatakan dirinya adalah personifikasi bangsanya! Maaf yah, bangsa anda itu JAUH lebih mulia, jauh lebih besar, tidak sesempit pribadi anda.

Maaf saja pak tiran, fakta bahwa anda sesuku/sebangsa/seagama dengan orang yang anda bantai, TIDAK MEMBUAT anda boleh membantai mereka. Fakta bahwa ada "orang luar" berusaha menghentikan pembantaian itu TIDAK MEMBUAT usaha menghentikan pembantaian tsb jadi ilegal atau imoral.


Sunday, June 17, 2012

Irak dan Amerika Serikat

Pendapat dari Kanan/Konservatif:
Perang Irak adalah langkah yang benar. Saddam adalah tiran yang pantas dijatuhkan. Amerika sudah berbuat benar dengan mendepak Saddam. GO AMERICA, GO!!

Pendapat dari Kiri/Liberal/Sosialis:
Perang Irak adalah kesalahan. Amerika tak berhak ikut campur di negara orang lain. Amerika cuma mengincar minyak di Irak. Bukan cuma perang di Irak, SEMUA PERANG adalah kesalahan!! Make love, not war!! 

Pendapat saya:
Perang Irak adalah kesalahan. Saddam adalah seorang tiran mengerikan, tapi Amerika juga punya batas sumber daya, mereka seharusnya mengatur prioritas mereka dengan lebih bijak.

Biarpun Saddam membunuh banyak rakyatnya, dia praktis sudah sangat lemah dibandingkan tiran² lain setelah pasukannya dihancurkan dalam perang teluk pertama. Di sisi lain, Iran & Korea Utara menindas rakyat mereka dan jauh lebih berbahaya bagi negara² lain. Kalau Amerika memang serius hendak menghancurkan tirani, mereka seharusnya menyerbu Iran atau Korea Utara.

Namun, biarpun invasi tsb adalah kesalahan prioritas, mendepak Saddam adalah langkah positif untuk dunia, dan untuk rakyat Irak sendiri. Para leftist biasanya membuat counter menghitung jumlah korban konflik di Irak, dan membebankannya ke pemerintah Amerika Serikat. Mereka biasanya tak menyertakan di counter mereka jumlah rakyat Irak yang mati di tangan Saddam Hussein dan yang BISA MATI di tangan Saddam Hussein seandainya dia tak didepak. Seperti biasa, perang mencabut banyak nyawa. Dan untuk kasus Irak, perang juga menyelamatkan BANYAK nyawa .

Oh, satu lagi yang penting: tentang senjata pemusnah massal di Irak. Saddam Hussein tak pernah menyangkal dia punya senjata pemusnah massal. Dia sengaja berbohong untuk menggertak lawan²nya. Dia tak menyangka kebohongannya itu menjadi alasan utama Amerika Serikat menyerbunya. Salah sendiri. Semua sudah tahu Saddam itu monster, membiarkan dia memiliki senjata pemusnah massal sama saja seperti membiarkan seorang gangster yang biasanya menghajar orang² di sekitarnya dengan pentungan, mengimport senapan mesin. Sikat dulu, tanya belakangan, risikonya terlalu tinggi.


Itu juga sebabnya Iran seharusnya menjadi sasaran utama. Balik lagi ke argumen pertama saya: Iran jauh lebih mungkin mendapatkan dan menggunakan senjata pemusnah massal mereka dibandingkan Irak yang sudah terisolasi dan tertekan sangsi ekonomi.


Akhir kata, saya mau tegaskan lagi:
Shame on you W! Now USA doesn't have enough money, firepower, and political power to unilaterally invade Iran!


Thursday, June 14, 2012

Trinitas yang Mustahil

BUKAN, sekali lagi artikel ini BUKAN membahas trinitas dalam agama Kristen. Itu masalah yang berbeda sama sekali. Ini masalah makroekonomi.

Banyak orang ber-tanya², kenapa kita harus punya banyak mata uang sih? Kenapa seluruh dunia tidak menggunakan 1 mata uang tunggal saja? Bukankah itu lebih mudah? Bukankah itu akan menghapuskan semua masalah lonjakan nilai mata uang?

Jawabannya: karena adanya "Impossible trinity" atau "trinitas yang mustahil" atau trilemma.

Begini, ada 3 hal penting dalam kebijakan mata uang:
A) Kemampuan melawan depresi atau resesi
B) Kestabilan nilai mata uang
C) Kebebasan mengalirkan modal

Ketiganya penting, sayangnya, sebuah negara CUMA BISA memiliki maksimum 2. Memiliki ketiganya adalah kemustahilan. Mari kita lihat detilnya ...


Opsi A & B
Kalau sebuah negara hendak memiliki kemampuan melawan depresi/resesi DAN mata uang yang stabil, mereka akan menggunakan "fix exchange rate" atau "adjustable peg" untuk mengatur mata uang mereka. Artinya, mereka mau tak mau harus menerapkan "capital control" yang membatasi aliran modal. Republik Rakyat Cina saat ini melakukan hal ini. Kelemahannya: capital control ini otomatis membuka peluang korupsi, dan inefisiensi. Pemerintah juga bisa mengeluarkan banyak uang untuk mempertahankan nilai mata uangnya ketika nilainya anjlok. Ingatkan ketika krisis ekonomi Asia Indonesia, Thailand, dan negara² Asia lainnya pontang panting menghabiskan cadangan devisanya untuk mempertahankan nilai mata uang mereka? Itulah konsekuensinya berusaha mempertahankan nilai mata uang.

Opsi A & C
Kalau sebuah negara hendak memiliki kemampuan melawan depresi atau resesi sambil memiliki kebebasan mengalirkan modal, mereka akan menerapkan mata uang bebas mengambang, seperti yang dilakukan Amerika Serikat. Tentu saja mata uang bebas mengambang nilainya fluktuatif, mengikuti pasar, sehingga kestabilannya tidaklah pasti. Kekurangannya: semua rencana bisnis bisa runyam kalau mata uang negara tsb mendadak menguat atau melemah tajam.

Opsi B & C
Kalau sebuah negara hendak memiliki mata uang yang stabil dan kebebasan mengalirkan modal, mereka akan menyatukan mata uangnya dengan negara lain seperti negara² Eropa menyatukan mata uang mereka menjadi Euro. Tapi itu berarti mereka kehilangan kemampuan melawan depresi atau resesi! Paul Krugman dan banyak ekonom lain terus mengingatkan, kalau saja Yunani saat ini tidak bergabung dalam Euro, nilai mata uangnya pasti akan turun, dan ini akan menggairahkan ekonominya, meredakan resesi.

Mata uang tunggal untuk 1 dunia
Nah, kembali ke pertanyaan pertama, soal mata uang tunggal untuk seluruh dunia. Kalau seluruh dunia menggunakan satu mata uang, berarti seluruh dunia memilih Opsi B&C: mata uang stabil, kebebasan mengalirkan modal terjamin, tapi tak ada kemampuan melawan depresi atau resesi. Kenapa kemampuan tsb hilang? Ini karena kebijakan moneter yang cocok untuk 1 daerah sangat mungkin tak cocok untuk daerah yang lain. 

Coba ingat²: kapan sih bank sentral 1 negara membuat kebijakan yang PERSIS SAMA dengan bank sentral negara lain? Jepang misalnya, kapan bank sentralnya membuat kebijakan yang sama dengan bank sentral Indonesia? Atau Amerika? Atau Rusia? Atau Cina?

Contoh lebih kongkritnya, kita lihat 20 tahun terakhir ini, mari bandingkan ekonomi 2 raksasa ekonomi yang bertetangga: Cina dan Jepang. Ketika ekonomi jepang mengalami stagflasi, ekonomi Cina malah sedang booming. Kalau mata uang mereka sama, artinya kebijakan mereka akan sama. Kalau bank sentral Cina-Jepang menurunkan suku bunga, ekonomi jepang yang butuh stimulasi sudah pasti membaik. Namun, itu berarti membuat ekonomi Cina overheating!! Inflasi di Cina akan menggila, bubble² ekonomi akan terbentuk!! Sebaliknya, kalau suku bunga Cina-Jepang dinaikkan, ekonomi Cina akan terbantu, bubble² ekonomi akan kempes dengan sehat, inflasi akan berada dalam taraf wajar. Namun, ini membunuh ekonomi jepang! Ekonomi lagi lesu orang² malah diberi insentif untuk menyimpan uang mereka di bank? Macet dah ekonominya! Kalau bank sentral memilih tak melakukan apa², alias tidak mengubah suku bunga, stagflasi Jepang akan makin dalam, sementara ekonomi Cina akan overheating! 

Karena itulah dalam ilmu ekonomi ada yang namanya OCA, "Optimum Currency Area," seberapa besarkah area yang optimum untuk 1 mata uang? Jawabannya beraneka ragam, tapi sudah pasti BUKAN 1 dunia.

Jadi, ketidak sempurnaan di dunia ini begitu umum, sampai² kebijakan ekonomi makro saja tak bisa ada yang ideal. Kita cuma bisa meminimalisir kelemahan² pilihan kita, bukannya menghapus semua kelemahannya lalu "live happily ever after."


Bacaan: The Return of Depression Economics oleh Paul Krugman.



Sunday, May 20, 2012

Resensi buku "The Bottom Billion"

Ada 7 milyard manusia hidup di planet bumi ini (6 milyard saat buku ini ditulis). Sayangnya, lebih dari 1 milyard manusia hidup sbg orang miskin, di negara miskin. Apakah yang menyebabkan mereka miskin? Bagaimana mengangkat mereka dari jebakan kemiskinan? Lewat buku "The Bottom Billion," Paul Collier hendak menjawab pertanyaan² itu. Namun, perlu digaris bawahi, buku ini membahas rakyat miskin di negara miskin BUKAN rakyat miskin di Cina, India, atau Indonesia atau negara berkembang lainnya. Namun, banyak masalah negara miskin yang serupa dengan negara berkembang seperti Indonesia jadi kita masih bisa banyak belajar dari buku ini.

Buku ini serupa dengan buku "The End of Poverty" karangan Jeffrey Sachs,  "The White Man's Burden" karangan William Easterly, dan buku² karangan Dambisa Moyo. Semua orang yang suka membaca buku² tsb wajib membaca buku ini.

Buku ini boleh dibilang terbagi dalam 2 bagian. Bagian pertama membahas 4 jebakan kemiskinan. Bagian keduanya membahas "obat"² yang biasanya ditawarkan untuk mengobati kemiskinan.

Pengarang buku ini, Paul Collier, adalah profesor ekonomi dan direktur departemen kajian ekonomi Afrika di universitas Oxford. Dia juga pernah mengepalai penelitian pembangunan di Bank Dunia.

Sunday, May 13, 2012

Amerika Serikat sebagai Polisi Dunia


Tulisan ini adalah lanjutan dari artikel Amerika Serikat, Iran, dan Intervensi. Di artikel ini, penulis hendak mengelaborasi komentar penulis thd campur tangan Amerika Serikat thd urusan negara lain. Mari kita mulai.

"Campur tangan" atau "Tidak campur tangan" itu pertanyaan yg salah. "Tidak campur tangan" artinya menolerir pihak yg kuat, mengijinkan mereka mendapatkan apa yg mereka mau. Artinya, negara manapun punya "campur tangan" di negara lain. Jadi pertanyaan yg betul adalah "Bagaimana cara merancang campur tangan yg terbaik?"
Cox & Forkum, 5 Juli 2007: http://www.coxandforkum.com

Banyak yang menyatakan bahwa campur tangan terbaik adalah melalui organisasi supra-nasional seperti PBB. Maaf yah, para tiran kriminal yang membantai rakyat mereka sendiri itu juga adalah anggota PBB. Ini sama saja dg hendak menciptakan kepolisian yang beranggotakan gangster, perampok, pembunuh berantai, dan kriminal lain. Tanpa para kriminal itupun, mencapai konsensus di antara 100+ anggota PBB itu sangat sulit. Bahkan ketika konsensus tercapai di antara sebagian besar anggota PBB tsb, masih ada 5 negara yang memiliki hak veto yang bisa membatalkan konsensus tsb. Salah 1 negara pemilik hak veto hampir selalu membela si kriminal. Menunggu konsensus di antara 5 negara pemegang hak veto itu seperti mengharapkan menang lotere. Namun, polisi dunia tetap dibutuhkan. Di artikel sebelumnya, penulis sudah menunjuk, absennya polisi dunia saat itu membuat Hitler, Mussolini, dan Tojo memiliki kesempatan untuk melakukan kekejian² tak terperi di dunia.

Saturday, May 12, 2012

Amerika Serikat, Iran, dan Polisi Dunia

Situasi terkini: sanksi ekonomi sudah membuat hidup Iran jauh lebih susah, tapi mereka masih ngotot melakukan program nuklir mereka. Israel sudah gatal untuk membom Iran.  Amerika Serikat terus menerus mengecam, dan menyatakan mungkin akan melakukan intervensi di Iran. Uni Eropa mengecam Iran tapi tidak menunjukkan gelagat untuk melakukan intervensi militer. Russia dan China menekankan pentingnya kedaulatan nasional. Sementara itu, banyak rakyat Muslim mengecam amerika serikat, menyatakan ketidak sukaan mereka karena Amerika serikat dianggap terlalu mencampuri urusan negara lain.

Perang Dunia 2
Pelajaran sejarah sedikit. Mari kita mundur ke tahun 1930an akhir. Nazi Jerman menganeksasi Austria, lalu Sudetenland, disusul Cekoslowakia. Kerajaan Italia menyerbu Ethiopia. Kekaisaran Jepang mencaplok Manchuria, lalu melakukan perang all-out melawan Cina.