Showing posts with label Debat. Show all posts
Showing posts with label Debat. Show all posts

Wednesday, February 20, 2013

Kesalahan "Teori Evolusi"

Malang betul nasib ilmu hayati.
Salah 1 ilmuwan terhebat sepanjang masa:
Charles Darwin
Tidak seperti matematika, fisika, dan ilmu² alam lainnya, fondasi terdasar ilmu ini terus menerus ditentang, dimaki, dan dihina-dinakan oleh begitu banyak orang. Tentu saja saya sedang bicara tentang teori evolusi yang sampai saat ini dianggap "sesat" oleh ahli² agama. Saking gigihnya mereka menentang teori evolusi, mereka terus menerus mengulang beberapa kesalahan ini:


Kalau manusia berasal dari kera, kenapa kera masih ada?
Ini adalah bukti para penentang teori evolusi itu begitu terobsesinya menjatuhkan teori evolusi sampai² TIDAK MENGGUNAKAN LOGIKA ketika berargumen. Saya baru saja membaca posting di facebook yang kurang lebih bilang:

Kalau manusia berasal dari debu dan tanah, kenapa debu dan tanah masih ada?
Kalau orang Amerika berasal dari Eropa, kenapa orang Eropa masih ada?

Terbuktikan betapa ngawurnya logika ini? Oh iya, ngomong² soal "evolusi menyatakan manusia berasal dari kera" ...


Manusia itu TIDAK berasal dari kera!
Ini biasanya serangan pertama orang² penentang evolusi. Ini adalah strawman fallacy, teori evolusi TIDAK pernah mengatakan manusia berasal dari kera! Menurut teori evolusi, manusia dan kera modern memiliki nenek moyang yg sama, jadi JANGAN gunakan serangan ngawur ini kalau mau menentang evolusi.



Evolusi ini cuma teori!
Serangan ini tambah "meyakinkan" berkat popularitas iklan odol 10 tahun yang lalu "AH TEORI!!" 

Begini yah ... evolusi memang "cuma teori" persis seperti teori heliosentris/matahari sebagai pusat tata surya. Betulan. TEORI di kontext ini adalah penjelasan ilmiah sebuah fenomena, bukannya "omong kosong tanpa bukti." Sebaliknya, sebuah teori yang diterima justru harus memiliki bukti² yang kuat. Namun harus diingat, bukti tsb tidak melulu cuma bukti langsung.

Balik lagi ke teori heliosentris. Tidak ada rekaman kamera yang menunjukkan bumi berevolusi mengelilingi matahari, semua "bukti" teori heliosentris itu adalah hasil perhitungan dan pengamatan tidak langsung. Sama seperti tidak ada rekaman yg menunjukkan evolusi manusia dari makhluk bersel tunggal. Yang kita miliki adalah be-ribu² bukti tak langsung, misalnya existensi bakteri pemakan nilon, persamaan genetik antar spesies, fosil², dll.


Evolusi juga berdasarkan iman!
(Menghela napas.) Charles Darwin sebelum menulis teori evolusinya adalah seorang Kristen. Dia INGIN SEKALI membuktikan kebenaran teori kreasi. Untungnya, akal sehatnya menang. Semua hasil penelitian dia dan sejawatnya TIDAK membuktikan teori kreasi. Teori evolusi adalah salah 1 kemenangan akal sehat, jiwa ilmiah, dan pikiran kritis atas iman dan mentalitas ABS.


Teori Kreasi juga ilmiah!
Ngawur total. Begini deh, saya mau tanya, bagaimana caranya membuktikan ketidak sahihan teori kreasi? Hmm? Mungkin tidak? Bukti macam apa yang bisa meyakinkan anda bahwa teori kreasi itu ngawur? Ada tidak?

Kenapa hal ini penting? Sebab teori yang "tidak bisa dibuktikan salah" itu lebih ngawur daripada teori yang salah. Misal nih, saya mau menebak nomor lotere antara 0 - 9999. Kalau kita meminta bantuan "peramal" dan dia memberikan sebuah nomor, kita bisa MEMASANG nomor itu. Sekarang bayangkan si peramal itu bilang "Nomor lotere itu adalah nomor antara 0 - 9999." Ini adalah sebuah tebakan yang TIDAK MUNGKIN SALAH. Ini juga sebuah tebakan yang TIDAK BERGUNA! Ini sebabnya Karl Popper mendefinisikan keilmiahan sbg "falsiafibility" atau "kalau tak bisa dibuktikan salah artinya SUDAH PASTI TIDAK ILMIAH!!"

Ini sebabnya teori kreasi itu bahkan tidak bisa disandingkan dengan teori bumi itu datar. Hei, kita bisa membuktikan kesalahan bumi itu datar gitu! Kirim saja satelit ke ruang angkasa untuk memotret bumi untuk bukti langsungnya! Sebelum adanya satelit, berlayar saja ke 1 arah terus menerus, kalau ternyata kita kembali ke titik awal, artinya bumi itu bulat bukannya rata! Teori "bumi itu datar" sudah terbukti salah. Teori kreasi itu begitu ngawurnya sampai² bahkan tidak bisa disebut salah.

Sebaliknya, teori evolusi bisa dengan mudah dibuktikan salah. Tunjukkan saja sebuah fosil kelinci dari era pre-cambrian. Tunjukkan "irreducible complexity." Masih banyak cara lainnya, tapi sampai sekarang bukti² ini tak bisa ditemukan. Karena itulah teori evolusi masih dianggap sbg fondasi ilmu hayati modern.


Charles Darwin sebelum mati bertobat menjadi Kristen!
Irelevan. Charles Darwin bukan dewa, bukan Tuhan. Dia mau menjadi Kristen kek, dia mau menjadi Buddhis kek, gak ada urusannya dengan kesahihan teori evolusi YANG terus berkembang setelah kematiannya. Ingat, Darwin TIDAK PERNAH menjelaskan mekanisme evolusi. Cuma setelah Darwin meninggal orang² membaca tulisan Gregor Mendel tentang genetika dan PRESTO, ternyata cocok!

Oh iya, biarpun irelevan, tuduhan itu ngawur yah. Darwin tidak pernah "bertobat". Sampai mati dia meyakini kebenaran teori evolusinya. Anak² Darwin, yang menemani Darwin di saat² terakhirnya, semuanya membantah cerita konyol ini.


Teori Evolusi membuat semua orang menjadi ateis!
Ngawur lagi. Kepala tim pemetaan DNA manusia, Francis Collins adalah seorang biolog Kristen. Dia pernah bilang "semua kerjaan saya ini nonsense kalau evolusi itu salah." Sekali lagi, dia itu seorang Kristen. Dia percaya "evolusi adalah cara Tuhan memberikan upgrade." Ketika dia berdiskusi/berdebat dengan biolog yang ateis, Richard Dawkins, mereka berdua sepakat dulu soal kesahihan teori evolusi.

Gak usah minder, iman anda tidak akan terhapuskan cuma dengan mengamini teori evolusi. Kecuali kalau iman anda memang kerdil dan sempit yah. Kecuali kalau agama anda cuma sebatas "Tuhan menciptakan manusia dari debu dan tanah" yah. Kalau ternyata seperti itu sih ... iman anda memang gak layak dipertahankan. Tuhan dan agama anda seharusnya jauh lebih luas dari itu deh.


Rasanya masih banyak argumen ngawur yang terus menerus digunakan untuk menjatuhkan evolusi deh, tapi itu saja yang terlintas di pikiran saya saat ini. Saya tidak percaya kesalah-kaprahan ini bisa terhapuskan. Banyak penentang teori evolusi tidak tertarik melakukan debat ilmiah dengan pikiran terbuka. Mereka cuma tertarik menjatuhkan teori evolusi itu sendiri, persetan dengan metodenya, persetan dengan fakta! Gak heran kesalah-kaprahan seperti yang di atas bukannya dikoreksi, malah terus-menerus diulang. Gak heran mereka ngotot menyandingkan teori kreasi dengan teori evolusi.


Thursday, January 31, 2013

Rasisme dan Kritik thd Agama?

Kita semua tahu rasisme itu salah. Ketika kita menyatakan ras yang 1 lebih bodoh atau malas atau lemah atau rakus, kita tampak bukan cuma tak punya hati. Kita juga akan tampak tak punya pengetahuan.

OK, semua sudah setuju soal ini, tapi bagaimana dengan soal agama? Banyak orang menghubungkan "penghinaan" thd suatu agama SAMA dengan rasisme. Hei, rezim Soeharto saja dulu menyamakan 2 hal ini, memasukkannya ke dalam kebijakan yang melarang semua serangan SARA! Tapi itukan di masa lalu, bagaimana dengan masa kini? Gak banyak berubah. Beberapa negara bahkan mendorong PBB untuk meratifikasi kesepakatan untuk "melindungi agama." 

Maaf yah, tapi 2 hal itu tak bisa disamakan.

1) Genetik vs Kultural
Mula², ras itu adalah FAKTA GENETIKA. Kita tak bisa mengubah ras kita, bahkan dengan operasi sekalipun. Sedangkan agama BISA berubah. Semua orang bisa mengganti agamanya. Ajaran agama yang ada juga bisa berubah. Hei, kebanyakan agama dulu MENDUKUNG perbudakan manusia yah!

2) Agama vs Tuhan
Manusia memang tak punya hak mengritik Tuhan, entitas yang didefinisikan sbg mahasempurna. Namun, banyak orang lupa, (atau berlagak lupa?) agama BUKAN Tuhan. Banyak orang mencampuradukkan 2 hal ini. Agama adalah "interpretasi ajaran Tuhan yang dilembagakan." Mengritik agama adalah MENGRITIK MANUSIA, jangan menghina Tuhan dengan menyamakannya dengan pemuka agama yah. Dan ngomong² soal mengritik agama ...

3) Berani dikritik?
Tidak ada yang membuat hukum "dilarang membantah teori relativitas Einstein."
Tidak ada juga yang membuat hukum "semua orang yang menyuarakan ketidak sukaannya akan lukisan Picasso harus dibui. "
Kenapa? Sebab Einstein dan Picasso berani dikritik. Ketika seseorang berusaha membungkam semua orang yang mengritiknya, dia sebetulnya menunjukkan KEPENGECUTANNYA, ketidak mampuannya menanggapi kritik.  Katanya agama situ menawarkan keselamatan, kok takut sih? Mau dianggap pengecut? Mau dianggap gak mampu? 
Salah 1 contoh orang² yang merasa "tersinggung!"
Dari The Sun

4) Saya tersinggung!
Ini dia alasan yang sering dipakai: "perasaan tersinggung dianggap alasan yang cukup untuk membacok orang!" Hei, asal tahu saja yah, KITA SEMUA SERING TERSINGGUNG! Cengeng amat sih, begitu tersinggung langsung NGAMUK, langsung MENGANCAM, bahkan kadang² langsung BAKAR, langsung BACOK! Gak sadar yah tingkah laku macam ini malah "membuktikan" bahwa "fitnah" yang menyinggung perasaan itu benar?


Dengar nih, kita semua ini manusia. Nenek moyang, kakek moyang kita, para nabi kita, para rasul kita, SEMUANYA manusia. Namanya juga manusia, BISA SALAH. Mengancam semua yang menunjuk kesalahan mereka, lalu menyatakan "saya tersinggung" setiap kali dikritik tidak membuat agama anda terlihat "keren" atau "kuat." Malah sebaliknya, dengan semua aksi vandalis macam itu, anda semua cuma mencoreng nama agama anda, mempermalukannya.

Saya akui, banyak kritik thd mereka yang "kampungan" yang cuma asal menghina, tanpa substansi sama sekali. Biarkan mereka mempermalukan diri mereka sendiri, tanggapi mereka dengan cerdas, dengan mengurai semua kesalahan mereka, BUKAN dengan membakar toko di negara anda sendiri. Bukan dengan mencoba MENYAMAKAN kritik thd agama anda itu dengan rasisme. 




Friday, August 24, 2012

Resensi Buku: Carnage & Culture

Sejarah menunjukkan selama 300-400 tahun terakhir, negara² Barat mampu mengalahkan, menaklukkan, dan menjajah kekuatan² di Afrika, Asia, dan Amerika. Kenapa hal ini terjadi? Kenapa bukan Cina atau Ottoman atau Etiopia atau kekuatan² lain yang menguasai dunia? Sejarawan militer, Victor Davis Hanson, menjawabnya dengan buku Carnage and Culture-nya ini.


Thesis
Thesis buku ini sederhana: Negara² Barat berhasil menjadi kekuatan dominan berkat kebudayaan militer yang superior. Perhatikan: Kebudayaan atau kultur TIDAK SAMA dengan bangsa atau ras atau agama. 

Hanson menjabarkan "kebudayaan militer Barat" sebagai kebudayaan yang memiliki hal² berikut:

Kebebasan (Politis dan ekonomi), atmosfer Egaliter, Individualisme, Kemampuan menerima kritik 
Negara² lain biasanya bersifat hirarkikal, dimana raja/kaisar adalah penguasa mutlak yang tak bisa dibantah, yang berada di atas semua orang lain. Individualisme ditekan, semua protes dihukum keras. Xerxes dari Persia misalnya, memutilasi anak seorang gubernurnya ketika sang gubernur MEMOHON padanya agar sang anak tidak dibawa ke medan perang karena sang gubernur butuh sang anak untuk menjaga dan menemaninya. 

Mentalitas mencari pertempuran yang menentukan
Pada umumnya, kebudayaan² Barat lebih memilih konfrontasi langsung, dan menghindari perang gerilya. Ketika keadaan benar² genting, barulah mereka mengandalkan gerilya. Bahkan ketika mereka kalah jumlah, pihak Barat biasanya TETAP mencari pertempuran terbuka, mengadu tentara mereka dengan tentara lawan di medan perang secara frontal.

Citizen Soldier (Warganegara sbg tentara)
Tentara² kebudayaan Barat bertempur sbg warganegara, bukan sebagai budak, bukan sbg tentara bayaran yang mengharapkan uang. Ketika Roma kehilangan banyak serdadu mereka dalam pertempuran Cannae, Roma langsung menggantikan kerugian tsb dg warganegara mereka yang lain. Ketika Kartago kehilangan tentaranya, warga mereka BUKAN penggantinya, dan merekapun menghabiskan uang, energi, dan waktu lebih banyak untuk menggantikannya. Pada akhirnya Roma mengalahkan Kartago karena Roma BISA mengganti kerugiannya dengan lebih mudah, murah, dan efisien.

Titik berat pada infanteri berat
Dari hoplite Yunani, Phalanx Macedonia, dan legiuner Romawi, militer Barat menekankan diri pada infanteri berat. Bukan kavaleri (Mongolia, Arab, Hun, dll) atau infanteri ringan (Aztec, Maya, Inca.) Infanteri berat berarti tentara² tsb harus dilatih secara intensif, memiliki armor yang memadai, dan relatif flexibel. Kavaleri memang memiliki keunggulan di tanah terbuka, tapi kuda itu mahal, jadi militer berbasiskan kavaleri tak bisa menjadi militer egaliter.

Rasionalisme
Tidak semua inovasi militer adalah buatan Barat. Bubuk mesiu misalnya, adalah penemuan Cina. Namun tetap saja, Baratlah yang pertama kali menggunakan mesiu dengan intensif, efisien, dan menyeluruh. Rasionalisme Barat memungkinkan peningkatan ilmu secara sistematis, penemuan² baru, perkembangan, dan kemajuan exponensial dalam berbagai bidang, termasuk tehnologi dan organisasi militer.

Kapitalisme
Suka tak suka, tidak ada perang yang gratis. Sebuah negara tak mungkin punya militer yang kuat tanpa ekonomi yang kuat. Negara² Barat adalah penemu dan penerap kapitalisme modern. Bandingkan dengan Turki Ottoman misalnya. Di pertempuran Lepanto antara 2 kekuatan ini, admiral Ali Pasha, menantu sultan Ottoman sendiri, membawa ber-peti² koin emasnya di kapal perangnya. Dia melakukan hal itu sebab dia takut uangnya diambil pemerintah. Kalau admiral tertinggi dan menantu sultan saja memiliki ketakutan tsb, apalagi rakyat jelata? Bagaimana ekonomi bisa berfungsi dengan baik saat tidak ada kepercayaan pada pemerintah? Admiral² Barat dalam pertempuran Lepanto tidak melakukan hal itu sebab mereka percaya, harta mereka di rumah mereka takkan diambil begitu saja oleh junjungan mereka. Itulah yang membuat kekuatan² Eropa yang waktu itu wilayahnya lebih kecil, rakyatnya lebih sedikit, sumber daya alamnya lebih jarang, dll bisa sama kayanya dengan kesultanan Ottoman yang meliputi Mediteran Timur.

Disiplin
Sebelumnya, saya sudah pernah bilang seorang "warrior" BUKAN seorang "soldier." Warrior mengandalkan keberanian, soldier mengandalkan disiplin. Tentara² Barat mengalahkan Warrior² dari kekuatan lain bukan cuma karena keunggulan tehnologi semata, tapi juga keunggulan organisasi, formasi, dan pemilihan posisi yang mustahil dimiliki oleh kumpulan warrior, oleh tentara tanpa disiplin.

Jadi, intinya kebudayaan militer Barat itu berdasarkan pragmatisme yang amoral. Yup, Hanson menyatakan, cara Barat berperang itu AMORAL, militer Barat cuma perduli tentang efektivitas militer mereka, bukannya apakah cara berperang mereka sesuai dengan kitab suci. Dia juga menyatakan, agama Kristen yang pasifis sempat MENGGANGGU budaya militer ini, dan berujung pada melemahnya kekaisaran Romawi, dan dimulainya "Abad kegelapan."

Untuk mendukung argumennya, Hanson menganalisa banyak pertempuran² terpenting dalam sejarah: pertempuran Salamis, Gaugamela, Cannae, Poitiers/Tours, Tenochtitlan, Lepanto, dan Midway, serta 2 perang: perang Zulu dan perang Vietnam. Setiap pertempuran dan perang tsb menunjukkan betapa pentingnya nilai² kebudayaan militer Barat secara holistik, secara menyeluruh.

Para penggemar sejarah akan langsung sadar, tidak semua contoh yang dianalisa Hanson berujung pada kemenangan Barat. Pertempuran Cannae dan perang Vietnam berakhir dengan kekalahan pihak Barat. Di sini Hanson menekankan, kebudayaan militer Barat TIDAK menjamin kemenangan di SEMUA pertempuran dan perang. Pertempuran Cannae adalah bencana militer terbesar yang diterima republik Roma, tapi Roma berhasil mengalahkan Kartago di perang tsb karena Roma memiliki "Citizen soldier" berbeda dengan Kartago yang sepenuhnya menggunakan budak, tentara bayaran, dan tentara² dari suku lain. Untuk contoh perang Vietnam, Hanson menitik beratkan fakta bahwa Amerika Serikat TIDAK PERNAH KALAH dalam 1 pertempuranpun dalam perang Vietnam. Kekalahan di perang Vietnam adalah akibat dari kesalahan strategi yang diperbesar oleh propaganda lawan. Tentu saja ini menimbulkan pertanyaan: "Kalau begitu kebebasan berpendapat juga bisa melemahkan militer?" Yup, Hanson setuju dengan hal itu SAMBIL mengingatkan, kebebasan berpendapat juga yang membuat pihak Amerika bisa mundur dari Vietnam tanpa kehilangan negaranya. Bandingkan dengan Uni Soviet yang kehilangan negaranya setelah mundur dari Afghanistan.

Mungkin anda juga menyadari, 9 hal di atas kini dimiliki oleh kebudayaan² lain. Di sini Hanson juga menekankan, kebudayaan lain boleh memiliki 1-2 hal di atas, tapi tidak pernah kesembilannya secara bersamaan. Ketika mereka berhadapan dengan Barat, perbedaan² itulah yang menentukan, yang memberikan pihak Barat keunggulan militer.

Selain itu, Hanson juga menekankan, semua hal di atas itu harus dilihat secara RELATIF, sesuai dengan masanya, dibandingkan dengan kekuatan² lain. Yunani di zaman Themistocles misalnya, walaupun mereka percaya kebebasan, faktanya mereka juga memiliki, menjual, dan membeli budak. Yunani jaman itu bisa disebut "bebas" dibandingkan dengan Persia, dimana konsep "kebebasan" sendiri tak exist, dimana gubernur sekalipun praktis adalah budaknya sang raja.


Perbandingan dengan "Guns Germs and Steel"
Buku ini sering dibandingkan dengan bukunya Jared Diamond, Guns Germs and Steel. Hanson sendiri terang² menyatakan dia TAK SETUJU dengan thesis buku Diamond tsb, yang menyatakan faktor geografis dan biologis sbg penyebab utama dominasi Barat. Namun, saya sendiri tak merasa kedua buku tsb "mutually exclusive." 

Hanson TIDAK PERNAH membahas darimana asal kebudayaan militer Barat. Dia sempat menyinggung agama Kristen yang bersifat pasifis sempat menghambat budaya militer ini, tapi selain itu dia tidak membahas asal muasal budaya militer Barat. Guns Germs and Steel bisa menjelaskan asal muasal budaya militer ini, setidaknya secara parsial.


Carnage & Culture dan Konsep Khilafah Global
Buku ini sangat berguna ketika kita membahas masalah Khilafah. Kalau Hanson benar, Khilafah TAK MUNGKIN mendominasi negara Barat.

Para penganjur Khilafah biasanya terobsesi dg "Kehormatan" sehingga mengritik sesuatu secara terbuka biasanya berakibat fatal untuk si pengritik. Artinya, mendirikan ulang Khilafah cuma MENGULANG inferioritas tsb. Akibatnya: militer dan masyarakat Khilafah tak mungkin memiliki kebebasan berpendapat. Para penganjur Khilafah juga terus menerus mengumandangkan tentara mereka adalah jihadis, bukannya citizen-soldier. Mereka juga mengekang rasionalisme dengan agama. Terakhir, mereka menolak riba yang merupakan salah 1 prinsip terdasar dalam kapitalisme. Mundurnya Ottoman dan dominasi Barat atas mereka adalah akibat hal² tsb. 

Kesultanan Ottoman mencoba menutupi kekurangan mereka dengan mengadopsi SEBAGIAN inovasi Barat. Mereka mendatangkan ahli² militer Barat, membeli senjata Barat, bahkan membuat tentara mereka mengenakan seragam seperti tentara Barat. Nope, tak cukup. Adopsi separuh² seperti ini malah membuat pihak Ottoman makin lemah: mereka jadi harus mengeluarkan banyak uang untuk semua hal ini, dan mereka gagal membangun militer ala Barat yang mandiri. Mereka tak pernah bisa mengemulasikan kekuatan militer Barat.

Hal serupa terjadi pada Jepang. Negara matahari terbit ini lebih berhasil mengadopsi militer Barat. Mereka bahkan berhasil mengembangkan industri militer yang membangun mesin² perang berkualitas tinggi. Torpedo, kapal terbang, kapal perang, taktik pertempuran laut malam mereka semuanya JAUH lebih baik daripada pihak Amerika Serikat. Namun, begitu Amerika Serikat mencurahkan waktu, tenaga, dan uangnya ke industri militernya, dengan cepat mereka kehilangan keunggulan² tsb. Kapal terbang Zero mereka dg mudah ditembak jatuh Hellcat dan Corsair. Taktik pertempuran laut malam Amerika membaik, dan mereka memiliki radar yang jauh lebih canggih. Kapal perang Amerika juga memiliki sistem damage control, dan pemadam api yang jauh lebih canggih. Inisiatif² pribadi dari opsir² Amerika Serikat berbuah pada inovasi taktik, pemecahan kode Jepang, dll. Intinya: kebebasan, dan kemampuan menerima kritik itu fundamental dalam menciptakan militer yang superior.

Khalifah tak memiliki hal² ini. Kita sudah melihat hal serupa sedang terjadi di Timur Tengah. Militer Israel yang de facto adalah militer Barat mengalahkan militer² negara Arab, HAMAS, FATAH, Hezbollah, dll. Negara² Arab tsb mencoba membeli senjata² canggih dari Rusia, Cina, bahkan negara² Barat, tapi mereka tetap tak bisa mengalahkan Israel. Dominasi Israel di medan perang begitu nyatanya, sampai² negara² arab sekarang menolak menyerang Israel dalam perang terbuka. 

Mari kita berpikir lebih jauh lagi: SEANDAINYA negara² non-Barat mengadopsi budaya militer Barat secara holistik, apakah mereka tetap mau berperang dengan kekuatan² Barat? Pertanyaan yang lebih fundamental lagi yang tidak ditanyakan Hanson secara langsung adalah: Apakah mereka masih bisa dibedakan dari Barat secara kultural? Reformasi militer non-Barat menjadi militer Barat secara holistik berarti reformasi budaya secara keseluruhan. Nope, para penganjur Khilafah takkan mengijinkannya.


Kesimpulan akhir: 
Buku ini amat disarankan untuk orang² yang tertarik memplajari sejarah, terutama sejarah militer, sejarah kultur, dan sejarah perbandingan.


Thursday, August 16, 2012

Cara Berdiskusi yang Sehat

Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan psikologis untuk berinteraksi 1 sama lain. Ada banyak interaksi yang bisa terjadi. "Diskusi" adalah salah satunya. 

Sebuah diskusi adalah saat dimana setidaknya dua individu secara aktif melakukan tukar menukar informasi. Di sisi lain, sebuah debat pada intinya adalah sebuah diskusi dimana kedua pihak tidak setuju tentang sesuatu, dan mendiskusikan hal tsb. Intinya: beda diskusi dan debat itu amat tipis. Karena itu, cara berdiskusi yang sehat SAMA PERSIS dengan cara debat yang sehat. Coba lihat diskusi/debat berikut ini, tentang apakah Indonesia harus menjadi negara Islam/Khilafah:

"A": Khilafah itu bagus kok!
"B": Khilafah itu jelek!
"A": BAGUS, BAGUS, BAGUS!!
"B": JELEK, JELEK, JELEK!!

Saya yakin semua orang setuju bahwa contoh di atas adalah contoh sebuah diskusi/debat yang buruk. Apa yang salah? Kesalahan yang paling utama yang dilakukan oleh kedua orang di atas adalah, mereka cuma menyampaikan opini mereka, bukannya menyampaikan ARGUMEN. Yup, argumen. Sebuah diskusi atau debat adalah PERBANDINGAN ARGUMEN. Kedua orang di atas cuma memberikan OPINI mereka. Tidak ada argumen, tidak ada diskusi, apalagi diskusi yang baik. 

OK, kalau begitu bagaimana cara yang berdiskusi yang sehat? Sederhana, bicarakan argumennya. Jangan ngelantur, jangan lari ke-mana², jangan mengalihkan topik, analisa argumen pihak lain dan sampaikan tanggapan anda.

Lebih rincinya, ibarat sebuah tembok, ada 2 hal yang menyusun argumen: data/fakta dan logika, ibarat batu bata dan semen. Jadi, semua diskusi tentang sebuah argumen harus melibatkan setidaknya salah 1 dari 2 hal itu: data dan logika. Kalau dibawa dalam kontext debat, cuma ada 2 serangan yang sah:
1) Menunjuk kekurangan atau kesalahan data/fakta lawan.
2) Menunjuk kesalahan logika lawan.

Mari kita kembali ke contoh di atas. Serangan tipe pertama itu seperti ini:
"B": Khilafah itu jelek! Semua diktator dan tiran itu menggunakan Khilafah, lihat mereka sudah membunuh berapa milyar manusia?
"A": Maaf yah, tapi itu salah besar. Hitler tidak pernah mendirikan atau memimpin Khilafah. Apalagi Stalin, Pol Pot, dan Mao yang komunis!

Lihatkan? "A" menyerang data yang digunakan "B" dalam argumen anti Khilafahnya. Tak sulitkan? Lanjut, kita ke contoh kedua:
"A": Khilafah itu bagus sebab Hitler tak mendukung Khilafah! Stalin dan Mao juga!
"B": Mereka bertiga tak percaya kuntilanak itu ada. Jadi artinya kita harus percaya kuntilanak itu ada?

Jelaskan? Kita jadi melihat sebuah diskusi, sebuah debatkan, bukannya adu teriak antara 2 anak kecil seperti contoh pertamakan?

Namun, kenyataannya berbeda jauh. Ada banyak tehnik yang sering digunakan dalam debat, diskusi, black campaign, dll yang jauh dari sahih. 

Tehnik pertama tentu saja memalsukan fakta atau menyebar kabar bohong. Tak perlu penjelasan apapun tentang ini, sudah cukup jelas, balik lagi ke tehnik debat #1, tinggal tunjuk kesalahan data/fakta tsb.

Tehnik kedua tentu saja menggunakan logical fallacy/kesesatan logika! Ini adalah tehnik favoritnya BANYAK orang. Beberapa fallacy yang paling umum digunakan:

1) Argumentum ad hitlerum:
Ini adalah yang dilakukan di contoh kedua, "A" mencoba menjatuhkan argumen "B" dengan menyamakannya dengan Hitler. Hitler bisa diganti menjadi "Kafir" atau "Zionis" atau "Muslim" atau cap² lainnya. Nope. Menyatakan sesuatu sbg pendapatnya sebuah kelompok/individu negatif tidak otomatis menjatuhkan argumen tsb.

2) Argumentum ad baculum:
Ini adalah favoritnya para preman! "Kalau kamu tak setuju dengan pendapatku, aku tak menjamin keamananmu!" alias main ancam! Hei, siapa yang butuh argumentasi rasional kalau bisa mengancam?  

3) Circular logic:
Berusaha membuktikan 1 argumen dengan dasar argumen itu sendiri. Contoh: "Saya pasti benar karena saya sudah bilang saya pasti benar!" Ngawurkan? Tapi inilah yang selalu dilakukan orang yang membuat argumen teologis/mencatut nama Tuhan ketika ditanya kenapa kitab suci pasti benar: "Kitab suci pasti benar karena ditulis oleh Tuhan yang tak mungkin salah," sementara mereka juga selalu bilang "Cuma Tuhan lah yang bisa menulis kitab suci sebab kitab suci selalu benar!" OK ... muter dah ...

4) Correlation doesn't imply causation:
Hubungan tidak otomatis membuktikan sebab akibat. Anggota agama pastafarianisme sebagai bagian dari satire mereka misalnya, berargumen bahwa suhu bumi terus meningkat di saat jumlah bajak laut di seluruh dunia terus menurun, membuktikan bajak lautlah yang mencegah global warming! Sebuah hubungan bisa terjadi karena 2 hal tsb disebabkan oleh hal yang sama, atau cuma kebetulan semata. Harus ada bukti² lain untuk membuktikan hubungan sebab akibat. 

Dan masih banyak lagi. Wikipedia memiliki daftar yang lebih komprehensif

Itu adalah cara² berdebat yang tidak sahih. Itu adalah cara berdiskusi yang TIDAK membahas argumen ybs. Kalau anda memang perduli dengan integritas anda, dengan kenyamanan internet sbg tempat bertukar pikiran, dengan integritas argumen anda, anda wajib menghindari semua fallacies tsb.

Namun, tentu saja ada saatnya anda berdiskusi dengan orang yang bolak-balik menolak berdiskusi dengan sehat. Anda tahu dong? Biasanya sih orang yang bakalan ngotot, lalu begitu anda mulai menyampaikan argumen anda dia malah me-maki²? Kadang² memakinya dengan kebon binatang dan aktivitas atas ranjang. Kadang² dengan ancaman neraka, siksa kubur, dan hukuman di akhir jaman. Intinya: diskusi dengan orang² yang menolak menggunakan rasio.

Saran saya: tetaplah berdiskusi dengan mereka, asalkan diskusi/debat tsb terjadi di depan umum. Mereka mungkin tidak bisa mengerti sepatah katapun dari anda, tapi orang² yang mengikuti diskusi/debat tsb tidak semuanya menolak rasio kan?

Kalau diskusi tsb terjadi tidak di depan umum ... sampaikan argumen anda sekali. Jangan terlalu ngotot. Hidup itu cuma sekali, sayang amat kalau dihabiskan cuma untuk berdebat dengan seseorang yang menolak menggunakan rasio.



Monday, July 16, 2012

Bom Atom Hiroshima-Nagasaki

Source: wikipedia
Salah 1 kontroversi terbesar abad 20 adalah bom atom Hiroshima-Nagasaki. Apakah keputusan menjatuhkan bom atom tsb adalah keputusan yang benar?

Jawaban singkatnya: keputusan pahit tapi yang terbaik.

Mari kita pikirkan alternatif²nya bila bom atom tak dijatuhkan.

Skenario 1, Jepang baru menyerah setelah Uni Soviet Menyerang:
Skenario pertama adalah skenario favoritnya Tsuyoshi Hasegawa. Menurut sejarawan Jepang ini, penyebab utama menyerahnya Jepang adalah serangan Uni Soviet. Beliau merasa, pemimpin² Jepang benar² merasa Uni Soviet bisa menjadi penengah dengan negara² sekutu lain, memungkinkan mereka mendapatkan perjanjian damai yang jauh lebih menguntungkan. Karena itulah mereka menolak menyerah, dan bom atompun dianggap kurang relevan. Karena itulah Hasegawa yakin pemimpin² Jepang baru kehilangan harapan dan memohon damai ketika "sang penengah" malah menyerang mereka. 

Anggaplah Hasegawa benar dan Jepang menyerah murni karena invasi Soviet, tanpa dijatuhkannya bom atom. Tanggal menyerahnya Jepang takkan sama. Suka tak suka, bom atom mempercepat menyerahnya Jepang. Ditundanya tanggal menyerah Jepang akan berakibat hebat sekali.

1) Jutaan orang akan mati. Ingat, pendudukan Jepang di Indonesia, Malaya, Cina, dll bukan pendudukan baik². Laksaan manusia tewas setiap harinya, jadi rasanya tak berlebihan menebak jutaan orang non-Jepang akan mati akibat kekejaman pasukan Jepang di koloni²nya, di jeda di antara 15 Agustus (Tanggal menyerahnya Jepang setelah dibom atom dan diserbu Uni Soviet) dan tanggal menyerahnya Jepang.

2) Uni Soviet sangat mungkin bukan cuma merebut Manchuria, Korea Utara, dan kepulauan Kuril, tapi juga Korea Selatan dan Hokkaido. Ini artinya tidak akan ada Korea Selatan, cuma ada Korea Utara yang meliputi Korea Selatan juga, dan akan ada "Republik Demokrasi Jepang" yang berkedudukan di Hokkaido. Mungkin saja kota Tokyo jadi akan terbagi 2 juga seperti kota Berlin pasca menyerahnya Jerman.

Tak begitu baguskan dibandingkan kenyataan? Jangan kawatir, ini baru skenario pertama ...


Skenario 2, Jepang menyerah setelah operasi Olympic dan Coronet
Di skenario kedua ini, Amerika Serikat dan sekutu²nya menginvasi Jepang dalam 2 operasi: Olympic (Merebut Kyushu) dan Coronet (Merebut Honshu) sementara saya asumsikan Hokkaido direbut Uni Soviet secara terpisah.

Ini artinya 2 akibat negatif skenario #1 terjadi, DITAMBAH korban jiwa akibat invasi. Ketika pihak Amerika Serikat memperhitungkan korban yg akan jatuh dalam operasi ini, mereka memperhitungkan mereka akan kehilangan 1 juta manusia. Perlu ditegaskan, 1 juta ini adalah korban di pihak sekutu saja. Pihak Jepang sendiri sudah memobilisasi SEMUA penduduknya. Anak² mereka saja diajari menggunakan bambu runcing menusuk perut tentara² sekutu yang mendarat di Jepang. Menghadapi perang total macam ini, tak berlebihan kalau saya bilang korban totalnya puluhan juta jiwa.


Skenario 3, Jepang menyerah tanpa operasi Olympic dan Coronet, tanpa invasi Soviet
Apa yang terjadi seandainya Jepang menyerah tanpa invasi sama sekali?  Jepang mustahil menyerah begitu saja cuma karena kehilangan Okinawa, Mariana, Filipina, Irian, dan Pasifik Tengah. Satu²nya cara membuat Jepang menyerah adalah dengan meneruskan bombardemen udara & laut, sambil memblokadenya, memastikan tak ada bahan mentah atau makanan yang memasuki tanah air Jepang.

Skenario ini berarti tanggal menyerahnya Jepang MUNDUR lagi. Korban di kalangan sekutu bisa diminimalisir, tapi korban sipil Jepang akan terus berjatuhan. Seperti kota² yang dikepung, pulau² Jepang akan dilanda kelaparan, penyakit, dll. Entah butuh waktu berapa lama sampai Jepang benar² menyerah. Artinya, korban jiwa di pulau² Jepang dan koloni² Jepang akan bertambah lagi. 


Sudah jelaskan, skenario apapun yang terjadi tidak terlihat bagus.

Bom atom Hiroshima-Nagasaki sudah pasti membunuh ribuan penduduk 2 kota itu, tapi di saat yang sama menghindari jutaan korban akibat 3 skenario di atas. Jangan salahkan presiden Truman menjatuhkan bom tsb, salahkan petinggi² Jepang yang terobsesi pada Bushido, pada "Kehormatan" pada prinsip "lebih baik mati daripada menyerah!" Seandainya pemerintah Jepang memang rasional, memang perduli pada nasib rakyatnya, mereka sudah menyerah paling lambat saat Filipina jatuh, saat mereka kehilangan akses ke ladang² minyak di Kalimantan, sementara kapal² terbang Amerika dari Mariana membombardir Jepang.


Thursday, July 5, 2012

Hukuman Mati

Salah 1 hal kontroversial adalah mengenai perlu tidaknya hukuman mati.

Biar saya tegaskan posisi saya di awal argumentasi ini: saya SETUJU hukuman mati cuma untuk BEBERAPA kejahatan: genosida, pembunuhan massal, terorisme, pembunuhan berantai, dan kediktatoran keji. Menurut saya, argumen anti-hukuman mati tak valid untuk kejahatan² tsb. Berikut ulasannya:

1) Argumen "Kita tak bisa menghukum mati karena kalau salah vonis, kita tak bisa membetulkannya!" itu nonsense.
Risiko ini tak membuat kita menghapuskan militer, padahal vonis perlunya perang atau tidak sering salah, dan korbannya ribuan. Risiko ini juga tak membuat kita berhenti mempersenjatai polisi. Padahal vonis yang dijatuhkan polisi apakah dia harus menembak atau tidak, cuma diambil dia sendiri, dengan informasi yang terbatas, dan "under pressure."

2) Untuk para kriminal dengan pengikut: kalau mereka masih punya pengikut di luar, selama mereka masih hidup dan ditahan oleh pihak berwajib, pengikut mereka bisa melakukan penyanderaan.
Saya sih takkan mau membayar uang tebusan. Itu cuma akan mendorong orang² melakukan penyanderaan. Namun di dunia nyata tak semudah itukan? Ada pertimbangan politis. Ada desakan² dari berbagai pihak untuk membayar tebusan, dst. Bisa jadi proses penyanderaan itu kacau dan akhirnya sanderanya terbunuh. Bisa jadi pemerintah akhirnya melembek dan melepaskan si kriminal. Lihat point berikutnya. Hukum mati haram jadah itu, habis perkarakan?

3) Kalau para kriminal tsb berhasil melarikan diri dari penjara, mereka akan membunuh lagi.
Hei para penentang hukuman mati, kalau para haram jadah itu lepas dan membunuh lagi anda mau tanggung jawab?


Namun untuk kasus korupsi, argumen salah vonis benar² serius. Memfitnah orang melakukan korupsi JAUH LEBIH MUDAH daripada memfitnah orang melakukan genosida atau pembunuhan massal atau kediktatoran keji. Di saat yang sama, argumen #2 &#3 itu irelevan untuk para koruptor. Yang paling utama dalam menghukum koruptor adalah memastikan semua uang yang dia curi dari negara dikembalikan. "Hukuman mati buat koruptor" baru bisa menjadi pilihan sahih kalau sistem peradilan Indonesia tak korup lagi.


Friday, June 29, 2012

Obama Care

The Supreme court rule that Obama Care is constitutional!

Hurra!

Hey, I am not an American, why I care about this? Simple, because I still have conscience, and health care is a very fundamental aspect of human's life.

I was really annoyed when I saw conservatives and libertarians repeatedly campaign against "Big government" or "socialism." Hey genius, pure socialism kills, but so does pure capitalism. If you don't believe me, just imagine a world with privatized police force, fire department, and military. Got the picture?

Here is the reason why we still need socialism: there are many things we can't commercialized/regarded as a commodity. Capitalism runs perfectly for commodities, but is a lousy arrangement for non-commodity. I don't believe that many Americans think that human health is something that you can make profit from. Really. I could illustrate it like this:

Imagine that you walked nearby a lake. Suddenly, you hear a scream. There is a man in the lake, gasping! Nearby where you stand, there is a rope and a buoy attached to it for such occasion. Now tell me, is it ethical if you insist that the poor man pay you?

Really, it is like that if you try to monetize/commercialized health care. Of course I don't kid myself. The rope-buoy itself is not free. In health-care case, we still need to pay for the doctor, hospital, medicines, etc. That's why you need some form of taxation to make sure those services were properly paid. Luckily now American has that chance, an Universal-Health-Care similar to the Germany and Switzerland system, where the people with "pre-existing condition" could be insured since everyone share their burden. Thank God for the Obama Care.


Oh yeah, also big thanks to Mitt Romney for the example. Mr. President owe you this one!  We can call it Obamney Care too! Vote for Romney!

Marijuana, Cannabis, Ganja

Sumber dan Keterangan lebih lanjut: wikipedia
English:
I am baffled, why governments prohibited cannabis? Because it cause harm to the people? Seriously?

Check the chart on the right. Cannabis is less addictive than alcohol or tobacco. The physical harm of cannabis is also less in comparison with those 2. And I didn't even compare it with cocaine or heroine. Heck, even when we compare soda and cannabis, cannabis is still the less harmful one!

So? Why you could buy Marlboro, or even Jack Daniels, in a 7-11 next door while cannabis seller are threatened with jail? Why cola is an ordinary drink while cannabis is illegal? And this happens not only in Indonesia, but in most part of the world.

Hmm ... my guess the reason behind this is similar for the reason behind the campaign against condom: our society is still obsessed with masochism! We still think that somehow worldly pleasure is something that we have to avoid, that misery is part of spiritualism, that suffering is sign of civilization, yadda yadda yadda. This is not about "protecting the young," this is about "making sure that young people do exactly as I said!" it's about control, about power, about making sure nobody could enjoy worldly pleasure freely. What else differentiate cannabis with tobacco and alcohol?

Yup, this is a sad fact: even developed countries still has this masochism as their basis for regulation.

Here is a suggestion for any government, especially American: legalize cannabis. Tax it heavily like you taxed tobaccos. This will partially end "The war on drugs," saving millions, if not billions of dollars, while creating new source of income. I heard you have this "Deficit problem," so why don't you make sure every single stoner pay you some money?

Any harm caused by cannabis is similar to any harm caused by alcohol, e.g: drunk driving, and a stoner is less likely to do many brutal things that a drunk could do, e.g.: physical attack, rape, etc. So, instead of prohibiting cannabis, it is better to e.g. prohibiting "going high" behind the steering wheel. Just like how to minimize the harm caused by alcohol, not by prohibition, but by creating a law that no drunkard may drive.

So, what are you waiting for America? Start legalizing marijuana and reaped the benefit!


Bahasa Indonesia:
Saya tak habis pikir, kenapa sih yang namanya ganja dilarang? Karena merugikan masyarakat? Apa betul?

Coba perhatikan grafik di pojok kanan atas. Lihat baik². Ganja/Cannabis itu memiliki kemampuan menyebabkan kecanduan LEBIH RENDAH daripada alkohol atau tembakau. Efek buruknya pada tubuhpun LEBIH RENDAH daripada alkohol dan tembakau. Apalagi dibandingkan dengan kokain dan heroin. Hei, bahkan ada yang membandingkan soda dengan ganja! Kejutan, soda ternyata lebih merusak!

Terus? Kenapa warung disebelah rumah saya bisa menjual rokok tapi semua penjual ganja langsung dibui? Kenapa cola dianggap minuman wajar sementara ganja dicap barang haram? Gilanya lagi, ini bukan cuma terjadi di Indonesia saja, tapi di sebagian besar dunia! Kenapa sih semua orang terobsesi melarang zat yang lebih ringan daripada alkohol atau tembakau sih?

Hmm ... tebakan saya ini kembali lagi ke argumen saya tentang kondom, yaitu masyarakat kita terobsesi pada masokisme! Yup. Ini dia yang membedakan ganja dengan nikotin dan alkohol, "kenikmatan" yang diciptakan ganja jauh lebih kuat.

Yup, pemerintah² negara majupun masih terobsesi pada masokisme, pada ide bahwa menjauhi kesenangan otomatis adalah kebajikan. Menyedihkan. Sangat menyedihkan.

Saran buat pemerintah: legalisasi ganja. Tarik pajak dari semua penjualan ganja, sama seperti pemerintah menarik pajak/cukai tembakau dan alkohol. Katanya pemerintah sedang butuh uangkan?

Semua mudarat ganja, serupa dengan mudarat alkohol. Mengemudi dengan mabuk misalnya. Dan seorang yang sedang "high" akibat menghisap ganja malah tidak seberbahaya seorang pemabuk. Misalnya, seorang pemabuk bisa jadi agresif, sementara seorang "stoner" tidak akan agresif. Artinya, daripada melarang ganja, mudarat ganja bisa kita hapuskan dengan melarang "high" di tempat dan waktu tertentu, misalnya ketika mengemudi. Sama seperti langkah negara² Barat mengurangi mudarat alkohol dengan melarang pemabuk mengemudi.

Jadi, tunggu apa lagi? Saatnya kita melegalisasi ganja dan tarik manfaatnya!

Wednesday, June 27, 2012

Sex Bebas, Kondom, dan Masokisme

Salah 1 kontroversi terkini adalah soal kampanye kondom oleh kementerian kesehatan. Banyak yang kontra, tak setuju dengan hal ini. Mereka benar soal 1 hal. Mereka benar bahwa ini bukan cuma soal kondom, ini adalah soal "sex bebas." Namun mereka meneruskannya dengan bilang ini adalah soal "moral bangsa" soal "mencegah kebejatan" bla bla bla. 

Bukan. Ini bukan soal itu. Ini soal beberapa glintir control-freak berusaha meng-atur² urusan sex orang lain.

Tuesday, June 26, 2012

Kedaulatan Nasional, Harga Diri Bangsa

Para tiran seperti Gaddafi, Assad, Kim Jong Il, dll biasanya terus menerus meng-ulang² frase "Kedaulatan nasional" dan "harga diri bangsa" ketika berpidato. Serius nih?

1) Negara yang dipimpin seorang tiran TIDAK PUNYA kedaulatan nasional
Perhatikan deh, memangnya siapa yang membuat keputusan di negara macam itu? Yup, cuma si tiran. Semua yang protes dan tak setuju pasti dibui atau ditembak mati. Yang negara² tsb miliki adalah kedaulatan Assad, kedaulatan Gaddafi, dst.

2) "Harga diri bangsa" saat itu sedang di-injak² oleh sang tiran
Perhatikan lagi point #1. Praktis sang tiran berkata L'etat c'est moi, negara adalah SAYA. Memang siapa dia? Hei, breaking news buat bapak tiran: ini abad 21 bukan abad 16.Arogan sekali menyatakan dirinya adalah personifikasi bangsanya! Maaf yah, bangsa anda itu JAUH lebih mulia, jauh lebih besar, tidak sesempit pribadi anda.

Maaf saja pak tiran, fakta bahwa anda sesuku/sebangsa/seagama dengan orang yang anda bantai, TIDAK MEMBUAT anda boleh membantai mereka. Fakta bahwa ada "orang luar" berusaha menghentikan pembantaian itu TIDAK MEMBUAT usaha menghentikan pembantaian tsb jadi ilegal atau imoral.


Saturday, June 23, 2012

Melempar Batu Pertama

Salah 1 cerita Yesus yang paling terkenal adalah ketika dia membela seorang penzinah yang hendak dirajam. Yesus menghentikan perajaman tsb dengan berkata:

"Biarlah dia yang tak berdosa melemparkan batu pertama."

Kata² ini sering diparafrasekan menjadi:

"Janganlah menghakimi sesamamu."

OK ... ini salah 1 sebab saya keluar dari agama Kristen. Jangan salah, saya tetap tak setuju seorang penzinah dirajam, sayangnya pembelaan Yesus juga bermasalah. Kenapa? 

Sederhana saja, kalau kata² ini kita ikuti sungguh², tak boleh ada penjara, polisi, jaksa, hakim, UU, konstitusi dan lain². Hei, tak boleh menghakimikan? Biarkan dia yang tak berdosa melempar batu pertamakan? Apa hak kita menghakimi? Kitakan cuma sekumpulan manusia berdosa yang tak tahu apa² ...

Ini dia masalah utamanya: menghakimi orang lain itu PERLU. Bukannya menyerang penghakiman yang tak adil, Yesus malah menyerang penghakiman manusia. Manusia² yang tak sempurna ini WAJIB menghakimi 1 sama lain, saling mengingatkan kalau mereka berbuat kesalahan. Menyatakan mereka TAK BOLEH menghakimi sesama, sama saja dengan melakukan pensensoran TOTAL menyeluruh.

Maaf saja, saya justru MAU dihakimi oleh sesama, dan semua manusia juga sebaiknya belajar bagaimana menghakimi orang lain dengan bijak DAN belajar dihakimi oleh orang lain. Itu gunanya demokrasi, kebebasan pers, konstitusi, UU, polisi, hakim, jaksa, dan pengacarakan? Makanya saya tak setuju "kesempurnaan" Yesus.

Tuesday, June 19, 2012

Separatisme di Papua

From Wikipedia
Beberapa orang menuntut kebebasan. Bagus. Saya bisa mengerti, kebebasan adalah salah 1 esensi terdasar seorang manusia. Kebebasan juga sangat diperlukan untuk mekanisme saling mengoreksi. Saya dukung penuh.

Namun, beberapa orang menuntut "Kemerdekaan." Saya taruh di dalam tanda kutip sebab kemerdekaan ini adalah kemerdekaan politis, mendirikan negara baru. Khusus untuk  Indonesia, teriakan meminta kemerdekaan paling banyak disuarakan dari daerah paling Timurnya, Papua.

Maaf, saya tak bisa mendukungnya. Argumen bahwa kemerdekaan politis Papua itu adalah ide buruk terlalu kuat. Berikut adalah alasan²nya ...

1) Kemerdekaan meningkatkan risiko konflik
Paul Collier & Anke Hoeffler sudah melakukan penelitian kuantitatif tentang risiko konflik. Hasil penelitian mereka jelas: makin kecil sebuah negara, makin besar risiko konfliknya. Oh iya, risiko konflik juga meningkat ketika daerah tsb memiliki kekayaan alam. Jadi, kita bisa mengasumsikan seandainya Papua merdeka, daerah tsb akan mengalami konflik yang lebih parah daripada konflik yang ada saat ini. 

2) Kemerdekaan BUKAN JAMINAN penghapusan korupsi
Terlalu sering para "pejuang" separatisme menggunakan korupsi pemerintah saat ini untuk mengobarkan kebencian. Lihat saja ke negara² baru yang ada di seluruh dunia. Banyak di antara mereka terjebak dalam pemerintahan korup SETELAH mereka merdeka. Zimbabwe adalah contoh terextrimnya. Mau jadi Zimbabwe?

Kalau anda berpikir "Biar melarat asal merdeka!" langsung ke point #4.

3) Kemerdekaan MENURUNKAN daya tawar
Semua orang dengan akal sehat setuju kontrak pertambangan di daerah Papua itu tak adil. Seandainya Papua merdeka, kontrak tak adil itu memang null and void alias tidak berlaku lagi. Namun, memangnya kontrak baru pasti akan menguntungkan rakyat Papua? Sebaliknya, pemerintah Papua akan memiliki posisi tawar yang lebih lemah daripada pemerintah Indonesia, sebab mereka CUMA mewakili rakyat Papua, bukan 240 juta rakyat Indonesia.

Seandainya pemerintah baru memilih melakukan nasionalisasi sumber² daya alam mereka, kita kembali ke masalah #2.

Oh iya, pengelolaan sumber daya alam juga BUKAN CUMA masalah korupsi, tapi masalah ekonomi makro maupun mikro. Kalaupun pemerintahnya bersih, tapi tak mengerti ekonomi, bakalannya melarat juga. Baca tulisan saya di majalah Bhinneka tentang pengelolaan kekayaan alam. Ujung²nya, balik lagi ke posisi tawar.

4) Menuntut Kemerdekaan itu sebetulnya secara filosofis adalah rasis.
Semua pasti sadar dan setuju bahwa pendapat "Kita adalah etnis penguasa, etnis lokal itu tak bisa dipercaya" adalah rasis. Namun, memangnya anggapan bahwa "semua orang non-Papua cuma akan memeras orang Papua" itu tidak rasis? Memangnya berpikir "Dia itu sebangsa dengan saya, dia tak mungkin mengkorupsi uang pajak saya!" itu tidak rasis?

Terlalu sering kita menerapkan standard ganda dengan berpikir cuma yang kuat yang bisa berpikir & bertindak rasis. Nope. Yang lemahpun bisa rasis. Dan rasisme mereka juga sama salahnya. "Two wrongs doesn't make a right." Daripada sibuk menerapkan rasisme balik, lebih baik HAPUSKAN RASISME seandainya ada rasisme di pemerintah pusat.

Masih berpikir lebih baik merdeka daripada makmur di bawah negara lain? Masih berpikir "Biar melarat asal merdeka"? LANJUT!!

5) "Biar Melarat asal merdeka" terdengar heroik, sayangnya ...
bukan si pemimpin yang melarat. Rakyatnya yang melarat. Sadar, bukan cuma politikus dari ras atau etnis lain yang bisa memanfaatkanmu, SEMUA POLITIKUS bisa melakukannya. Oh, anda pikir politikus dari ras/etnis lain lebih mungkin membuat rakyat anda melarat? Balik lagi ke poin 4: berarti anda rasis.

6) Intinya: Kemerdekaan malah membuat proses perbaikan lebih panjang, lebih sulit
Skenario kemerdekaan Papua:
Situasi buruk saat ini -> Perjuangan kemerdekaan yang berat -> Kemerdekaan -> Perjuangan berat melawan korupsi & ketidak mampuan -> kemakmuran

Skenario Papua tetap berada dalam NKRI:
Situasi buruk saat ini -> Perjuangan berat melawan korupsi & ketidak mampuan -> kemakmuran

Sudah jelaskan bahwa skenario kemerdekaan itu lebih rumit, dan sulit? Jadi, daripada menghabiskan waktu, energi, dan bahkan nyawa untuk memperjuangkan kemerdekaan, langsung saja gunakan semua itu untuk melawan korupsi dan ketidak mampuan pemerintah NKRI. Bukan cuma Papua, rakyat di Jawa, Sumatera, Bali, dan pulau² lain juga menderita karena korupsi dan ketidak mampuan pemerintah pusat. Pemerintah NKRI yang bersih dan berkemampuan akan menguntungkan semua rakyat Indonesia. ITU yang harus kita perjuangkan, bukannya kemerdekaan daerah².



Tuesday, June 12, 2012

Para Peramal

Masyarakat Indonesia itu masih percaya saja pada peramal. Masih banyak orang Indonesia bilang "Peramal A hebat"lah, "Peramal B akurat"lah, dan sejenisnya.

(Menghela napas.)

Jadi peramal itu gampang, gak perlu wangsit, gak perlu kekuatan supranatural, gak perlu tapa di goa, cuma perlu kemampuan sandiwara dan latihan sedikit. Nih beberapa tehnik dasar yang dipakai para peramal untuk membaca masa depan maupun masa lalu kliennya "dengan akurat":

1) SHOTGUNNING
Memberikan ramalan kabur, tak jelas, yang bisa di-cocok²an dengan kenyataan. Misalnya, ramalan astrologi di koran biasanya berbunyi "Anda bulan ini akan menerima rejeki." Hah? Rejeki apa? Namanya juga kehidupan, ada keberuntungan, ada kemalangan. Menyatakan anda akan beruntung sebetulnya tak mereamalkan apa².

2) MACHINE-GUNNING
Berikan 100 tebakan/ramalan, si klien tidak akan peduli pada 99 tebakan/ramalan yang salah, dia cuma akan mendengar 1 tebakan/ramalan yang benar! Di acara Penn & Teller: Bullshit, seorang peramal "jago" diliput untuk mewawancarai beberapa orang ibu². Ketika wawancara berlangsung, tak ada yang menyadari si peramal sudah menebak pekerjaan si ibu 10 kali, sebelum akhirnya berhasil menebaknya dengan benar. 

3) COLD READING
Ajak obrol kliennya. Tanpa sadar si klien akan memberikan banyak informasi. Ingat baik² informasi ini, sampaikan ulang ke si klien dg kata² berbeda. Kebanyakan orang akan takjub dengan "kehebatan" si peramal.

4) HOT READING
Sebelum bertemu dengan klien, si peramal sudah mencari informasi tentang si klien itu dengan berbagai cara. Beberapa peramal bahkan menyewa orang untuk ikut mengantri di ruang tunggu, mengajak ngobrol si klien. Semua informasi yang didapat dari obrolan ini tentu saja akan disampaikan pada si peramal.

Masih banyak tehnik lain, tapi intinya:
ketelitian + kemampuan memanfaatkan celah psikologis = Kekuatan meramal !!

Jadi, tertarik untuk jadi peramal? Masih tertarik untuk diramal?


Thursday, May 24, 2012

"Membantah/Menghina" Tuhan

Satu lagi argumen dari para fanatik agama yang sering saya hadapi ketika memperdebatkan moralitas:


"Kamu menghina Tuhan yah? Berani²nya kamu membantah Firman Tuhan! Berani²nya kamu tidak setuju dengan Firman Tuhan!"


Jawaban saya adalah:
"Saya tidak menghina, meragukan, membantah atau menyangkal Tuhan kok, sebab saya saat ini BERDISKUSI DENGAN ANDA, bukan dengan Tuhan. Yang saya pertanyakan adalah apakah pendapat anda itu adalah pendapatnya Tuhan! Sejak kapan anda mendadak jadi Tuhan sih?"

Tuesday, May 22, 2012

Tuhan dan Logika

Saya sangat suka berdiskusi, berdebat. Salah satu topik favorit saya adalah soal moralitas. Nah, kalau sudah  berbicara soal moralitas dengan para fanatik agama, nama Tuhan PASTI langsung di bawa². Pernyataan yang sering dikeluarkan para fanatik ketika sudah terdesak dalam debat adalah: 

"Tuhan tak bisa dijelaskan dengan logika. Tuhan itu di luar logika manusia."

 Maaf yah, kalau Tuhan tak bisa dijelaskan dg logika, kok anda bisa bilang "Tuhan itu "A"" atau "Tuhan itu "B""?

Satu contoh kongkritnya adalah pernyataan: "Tuhan itu maha baik." 

Pernyataan ini adalah satu usaha menjelaskan Tuhan dalam logika manusia. BAIK adalah sebuah konsep abstrak, tapi jelas sekali adalah sesuatu yang logis, sesuatu yang bisa kita semua cerna sbg manusia. Dengan mengidentifikasikan Tuhan dengan kebaikan yang mahabesar, kita semua berusaha menerangkan, menjelaskan Tuhan dengan logika manusia.

Jadi, berhubung anda juga manusia seperti saya,  SEMUA pernyataan anda tentang Tuhan itu sebetulnya juga usaha untuk menjelaskan Tuhan dg logika.

Jadi, kalau melihat keseluruhannya, ketika anda yg bicara, Tuhan bisa dijelaskan dg logika, ketika saya yg bicara soal Tuhan, mendadak Tuhan di luar jangkauan logika. Hebat betul anda bisa tahu kapan Tuhan bisa dijelaskan dg logika, kapan tak bisa. Hebat betul logika anda bisa menjelaskan Tuhan sementara logika org lain tak bisa.

Maaf yah, pernyataan "Tuhan tak bisa dijelaskan dg logika" bukanlah sebuah statement yg membuktikan kebenaran pernyataan² anda sebelumnya, atau membuktikan kesalahan argumen² kami.

Maaf yah, karena kita ini manusia, berarti kalau Tuhan di luar logika "Anything goes" atau Tuhan bisa jadi berarti apapun.


Intinya: kalau Tuhan berada di luar logika, kita tak bisa mendiskusikan apapun tentang Tuhan.