Tak lama setelah saya tiba di Jerman untuk pertama kali, saya mendengar stereotip orang Indonesia:
"Setelah 20 menit mengobrol, PASTI orang Indonesia mulai membicarakan makanan/minuman!"
Saya tertawa waktu itu karena yang menyatakan hal itu adalah orang Indonesia juga ... dan saya juga setuju. Orang² Indonesia amat menikmati makanan dan minuman. Jauh dari Indonesia, makanan di Jerman tentu saja SANGAT berbeda dengan makanan dari Indonesia. Tentu saja ini adalah bahan obrolan yang seru buat orang² Indonesia yang di Jerman! Ada beberapa hal yang menarik buat saya ...
Yang dikeluhkan oleh BANYAK orang Indonesia tapi tidak masalah buat saya:
1) Sambal!
Buat mayoritas orang Indonesia: bawa sambal ABC banyak² kalau kalian ingin tinggal di Jerman untuk waktu yg lama. Sambal yang paling umum dijual di Jerman adalah sambal Thailand Sriracha, dan "Sambal Oelek" yang tidak pedas sama sekali. Saya tak pernah suka sambal jadi saya tak masalah dengan hal ini.
2) Nasi!
Kita masih bisa membeli nasi di restoran Asia. Beras juga banyak dijual di toko Asia. Mereka bahkan menjual rice cooker. Namun, fakta bahwa mayoritas restoran di Jerman tidak menjual nasi benar² mengganggu banyak orang Indonesia. Dan kantin universitas juga tak menolong. Kalaupun ada nasi, biasanya mereka menjual nasi pera/buyar. Saya sih gak masalah. Saya dari dulu doyan kentang dan roti.
3) Makanan Halal!
Setahu saya cuma restoran Turki, yang menjual kebab dan falafel, yang halal. Untungnya, di setiap pengkolan, minimal ada 1 restoran Turki. Tapi tetap saja, bosankan kalau makannya kebab terus? Sedikit variasi bisa didapat dengan memesan makanan vegetarian di restoran non-Turki, tapi tetap saja ini masih mengganggu orang² Muslim. Lebih mengganggu lagi, makanan tradisional Jerman itu mayoritas menggunakan daging babi.
4) Susu!
Para penggemar produk susu: Jerman adalah surga. Susu cair, keju, mentega, dan produk² susu lainnya lebih murah daripada di Indonesia. Saya adalah salah 1 penggemar susu, jadi saya sih luar biasa gembira. Orang² Indonesia yang tidak suka susu atau produknya takkan bisa menikmati semua ini.
4) Susu!
Para penggemar produk susu: Jerman adalah surga. Susu cair, keju, mentega, dan produk² susu lainnya lebih murah daripada di Indonesia. Saya adalah salah 1 penggemar susu, jadi saya sih luar biasa gembira. Orang² Indonesia yang tidak suka susu atau produknya takkan bisa menikmati semua ini.
Yang bermasalah buat saya dan orang Indonesia kebanyakan:
1) Garpu & pisau!
Kalau ke restoran, atau kantin, atau kedai, perlengkapan standard mereka adalah garpu dan pisau. OK, tentu saja ini masuk akal. Sulit memakan Schnitzel dengan sendok dan garpu, apalagi kalau Schnitzel tsb tebal. Anehnya, kenapa restoran Asia mereka juga standardnya adalah garpu dan pisau? Yup, orang² Jerman mencoba menyuap nasi menggunakan garpu. Tidak terima kasih, saya makan Schnitzel dengan garpu dan pisau, dan nasi goreng dengan sendok dan garpu. Tak tertarik belajar sebaliknya.
2) Alkohol!
Ini dia yang mengganggu saya, setiap kali diajak minum, saya selalu memesan jus atau cola. Setelah 2-3 kali, orang² mulai bertanya kenapa saya tak pernah memesan alkohol. Biasanya mereka langsung mengasumsikan alasannya adalah alasan agama, dan saya adalah seorang Muslim. Err ... alkohol itu berisiko tinggi adalah fakta, bukan opini, tak ada hubungannya dengan iman agama. Maaf, hidup sudah dipenuhi banyak risiko yang mau tak mau diambil. Untuk apa mengambil risiko yg tak perlu? Jadi buat para Muslim, tenang saja, stereotip Muslim itu TIDAK SELALU negatif kok. Ada stereotip yang positif juga!
3) Masakan Indonesia ala Jerman!
Kalau ke restoran, atau kantin, atau kedai, perlengkapan standard mereka adalah garpu dan pisau. OK, tentu saja ini masuk akal. Sulit memakan Schnitzel dengan sendok dan garpu, apalagi kalau Schnitzel tsb tebal. Anehnya, kenapa restoran Asia mereka juga standardnya adalah garpu dan pisau? Yup, orang² Jerman mencoba menyuap nasi menggunakan garpu. Tidak terima kasih, saya makan Schnitzel dengan garpu dan pisau, dan nasi goreng dengan sendok dan garpu. Tak tertarik belajar sebaliknya.
2) Alkohol!
Ini dia yang mengganggu saya, setiap kali diajak minum, saya selalu memesan jus atau cola. Setelah 2-3 kali, orang² mulai bertanya kenapa saya tak pernah memesan alkohol. Biasanya mereka langsung mengasumsikan alasannya adalah alasan agama, dan saya adalah seorang Muslim. Err ... alkohol itu berisiko tinggi adalah fakta, bukan opini, tak ada hubungannya dengan iman agama. Maaf, hidup sudah dipenuhi banyak risiko yang mau tak mau diambil. Untuk apa mengambil risiko yg tak perlu? Jadi buat para Muslim, tenang saja, stereotip Muslim itu TIDAK SELALU negatif kok. Ada stereotip yang positif juga!
3) Masakan Indonesia ala Jerman!
Waktu saya melakukan magang di sebuah pabrik di Jerman tengah, kantin pabrik tsb mendadak memasak "Nasi goreng ala Indonesia"! Supervisor saya antusias mencobanya dan dia bilang nasi goreng tsb enak! Saya sih langsung bilang: "Menarik ... tapi tidak ada nasi goreng di Indonesia yang rasanya tidak jelas seperti ini." Di kesempatan lain, di sebuah restoran Asia, teman saya memesan gado-gado. Waktu gado² tsb datang, saya langsung tertawa keras. Baru kali itu saya melihat ada gado² dg saus mengepul panas dan diatas saus tsb ada dada ayam yang digoreng tepung! Intinya: jangan terlalu berharap mendapatkan makanan Indonesia otentik di Jerman. Mungkin rasanya lebih mirip kalau masakan tsb disajikan di restoran Indonesia, tapi saya sih tak tertarik mencobanya karena ...
4) Restoran Indonesia!
10 tahun yang lalu, saya melihat sebuah restoran Indonesia di Bremen. Saya kehilangan napsu setelah melihat harganya di foto yang ada di etalasenya: 10 tusuk sate ayam seharga 10 Euro. Sate ayam yang ada di gambar tidak besar, ukurannya sama dg sate ayam yang dijual tukang sate di dekat lampu merah di Indonesia. Bukan cuma sate ayam. Sayur asem di restoran itu harganya 6 Euro. Harap diingat, harga² itu adalah harga 10 tahun yang lalu. Oh iya, gado² yang sebelumnya saya singgung itu harganya lebih dari 7 Euro. Alamak ... tidak trims, lebih baik 6 - 10 Euro itu saya gunakan untuk beli 2 - 3 kebab ...
5) Mie di restoran!
Saya sudah mencoba berbagai jenis mie di restoran² Asia di Jerman. Semuanya TAK ENAK. Antara warnanya kuning menyala seperti dicat, atau digoreng dg terlalu banyak minyak dan kecap! Saya belum pernah mencoba memasak mie telor yang dijual di supermarket Jerman, jadi mungkin saja bukan selalu salah mienya tapi salah cara memasak dan bumbunya.
Yang mengagetkan saya:
1) Babi panggang garing!
Tahu babi panggang asin-garing di nasi campur Cina? Salah 1 masakan tradisional Bayern/Bavaria adalah babi panggang seperti itu dg saus kental berwarna coklat. Alamak ... memang babi yg dipanggang sampai kulitnya garing itu begitu enaknya sampai² jarak ribuan kilometer dan perbedaan budaya yang begitu kontras tidak menghalangi orang Bayern dan Cina menciptakan masakan ini!
4) Restoran Indonesia!
10 tahun yang lalu, saya melihat sebuah restoran Indonesia di Bremen. Saya kehilangan napsu setelah melihat harganya di foto yang ada di etalasenya: 10 tusuk sate ayam seharga 10 Euro. Sate ayam yang ada di gambar tidak besar, ukurannya sama dg sate ayam yang dijual tukang sate di dekat lampu merah di Indonesia. Bukan cuma sate ayam. Sayur asem di restoran itu harganya 6 Euro. Harap diingat, harga² itu adalah harga 10 tahun yang lalu. Oh iya, gado² yang sebelumnya saya singgung itu harganya lebih dari 7 Euro. Alamak ... tidak trims, lebih baik 6 - 10 Euro itu saya gunakan untuk beli 2 - 3 kebab ...
5) Mie di restoran!
Saya sudah mencoba berbagai jenis mie di restoran² Asia di Jerman. Semuanya TAK ENAK. Antara warnanya kuning menyala seperti dicat, atau digoreng dg terlalu banyak minyak dan kecap! Saya belum pernah mencoba memasak mie telor yang dijual di supermarket Jerman, jadi mungkin saja bukan selalu salah mienya tapi salah cara memasak dan bumbunya.
Yang mengagetkan saya:
1) Babi panggang garing!
Tahu babi panggang asin-garing di nasi campur Cina? Salah 1 masakan tradisional Bayern/Bavaria adalah babi panggang seperti itu dg saus kental berwarna coklat. Alamak ... memang babi yg dipanggang sampai kulitnya garing itu begitu enaknya sampai² jarak ribuan kilometer dan perbedaan budaya yang begitu kontras tidak menghalangi orang Bayern dan Cina menciptakan masakan ini!
2) Restoran Asia!
Restoran Asia di Jerman itu bisa ditebak banget. Makanannya itu variasi dari hal² ini ...
Pertama dagingnya: daging ayam/babi/sapi dipotong kecil² ATAU dada ayam/babi/cumi/ikan digoreng tepung ATAU bebek goreng garing.
Kedua sausnya: saus kari ATAU asam manis ATAU "saus Cina" (warnanya hitam tapi bukan dari kecap manis). Tips: buat para penderita diabetes, JAUHI saus² ini. Sungguh, ini tips dari dokter loh.
Ketiga sayurnya sudah pasti: ketimun, paprika, nanas, rebung, kol, dan bawang bombai.
Terakhir, pendampingnya: nasi ATAU mie goreng.
Yup, itu dia "makanan asia" ala Jerman, variasikan saja 4 hal itu. Biasanya di meja depan restoran Asia tsb, para pelanggan bisa melihat mereka sudah siap dengan minimal 2 saus, sayur²annya, mie gorengnya, lalu terakhir dagingnya mereka ambil dari kulkas.
Apa mengejutkannya? SAYA SUKA MAKANAN INI!! Ketika saya pulang ke Indonesia, ada kalanya saya KANGEN pada makanan ini!!
3) Kecap manis!
Sekarang di supermarket² Jerman banyak yang menjual bumbu² Asia. Namun saya sempat tertipu dengan kecap manisnya. Apalagi beberapa bahkan labelnya bertuliskan "ketjap manis." Nope, ini bukan kecap ABC atau kecap Bango yg saya kenal. Ini kecap encer yang terasa manis.
Tentu saja, tidak heran banyak orang Indonesia setelah beberapa bulan di Jerman KANGEN pada makanan² Indonesia. Nope, saya sih tidak kangen seperti mereka. Saya tahu ketika saya di Indonesia, saya juga kangen pada makanan Jerman, bahkan pada makanan Asianya yang tak jelas. jadi, saya sih menikmati saja makanan yg ada di jerman, gak usah kangen²an.
Waw.. skrng tinggal dimana mas? Saya di Jerman
ReplyDelete