Ketika saya mendengar Rhoma Irama berniat nyapres, saya langsung ketawa.
Ketika saya melihat wawancaranya di "Mata Najwa," saya ketawa sambil meringis.
Ketawa karena melihat Rhoma Irama bahkan tidak sadar bahwa kacamata hitam itu BUKAN ide bagus. Mata adalah jendela hati bang Rhoma, apa yang anda sembunyikan? Kenapa jendela hati anda dicor? Apa anda tak tahu fakta fundamental bahwa wawancara seperti ini dimaksudkan untuk membuat rakyat Indonesia MEMPERCAYAI anda?
Ketawa karena melihat bang Rhoma ngelit kiri-kanan atas-bawah depan-belakang setiap kali Najwa mengajukan pertanyaan relevan yang membutuhkan pengetahuan, kecerdasan, dan kebijaksanaan. Pertanyaan seperti "Apa pendapat bang Rhoma soal subsidi BBM?" atau "Apa kualifikasi bang Rhoma untuk menjadi presiden?" dll.
Meringis karena saya menyadari kebenaran kata² Einstein, tentang "2 hal yang tak terbatas," dan fakta bahwa hal ini terjadi di Indonesia.
Meringis karena beliau malah menggunakan isu etnis, dan tak sadar sudah "ditonjok" oleh Najwa yang mempertanyakan kebijaksanaan seseorang yg mengangkat isu etnis di tengah negara majemuk.
Meringis karena beliau menyatakan "siap dikupas kehidupan pribadinya" tapi giliran ditanya soal poligami malah menjawab dengan "Itu bukan untuk konsumsi publik." Bang Rhoma, KONSISTENSI itu mahapenting bukan cuma di politik, tapi juga untuk kehidupan se-hari² loh. Ini sih terlalu parah sampai² saya yang tak pernah menyukai Rhoma Irama saja sampai merasa kasihan padanya.
Namun, semua itu gak ada apa²nya dibandingkan kabar bahwa PKB benar² serius menjadikan Rhoma Irama capres.
Alamak ... elit² PKB gak menonton interview itu yah? Bisa²nya mereka berpikir wawancara ini membuktikan bahwa Rhoma Irama qualified untuk menjadi RI-1?? Bisa²nya mereka percaya tindakan ini akan meningkatkan suara mereka? Apa mereka meremehkan rakyat Indonesia?
Sungguh sayang, Einstein tidak salah soal ini. Manusia memang punya potensi besar untuk menunjukkan ketidak terbatasan.
No comments:
Post a Comment