Thursday, March 21, 2013

Pelajaran Sejarah

Apa pelajaran favoritmu di sekolah? 

Saya belum pernah menemukan survey resmi yang menanyai semua siswa di sekolah Indonesia tapi tebakan saya:

1) Olahraga (Rasanya sekitar 70 - 80 % siswa akan menjawab ini.)
2) Sains (Fisika, Kimia, Biologi) (Sekitar 10 -20%. Biasanya para kutubuku yang menjawab begini.)
3) Matematika (Sekitar 5 - 15 %. Sama dengan sains, biasanya para kutubuku juga yang memilih jawaban ini.)

Kalau ditanya "Bagaimana dengan sejarah?" ... rasanya sebagian besar akan menjawab "BOSAAAAN!" atau "Capek ah menghafal tanggal!" atau "GAK PENTING AH!"

Saya bisa mengeri 2 alasan pertama. Pelajaran sejarah di Indonesia intinya CUMA menghafal serentetan data, terutama tanggal. Tidak mengasyikkan sama sekali. Apalagi pelajaran tsb DIULANG di SD-SMP-SMA. Ini bukan kesalahan pelajaran sejarahnya sendiri, tapi kesalahan kurikulum, kesalahan cara penyampaiannya. Kita bisa mengakhiri masalah ini dengan mengoreksi metode pengajaran sejarah.  

Namun saya tak habis pikir tentang alasan yang terakhir. Buat saya, sejarah itu teramat sangat penting.


Pentingnya sejarah
Mari kita mulai dari kata² George Santayana:

"Dia yang tak belajar sejarah akan mengulanginya."

Saya harus menambahkan: "Sayangnya yang diulangi itu bagian mengerikannya, bukan bagian keemasannya."

Karena Amerika Serikat tak belajar sejarah militer Asia Pasifik, armada mereka berhasil dibokong oleh AL Jepang di tahun 1941, sama seperti AL Jepang membokong armada Rusia di Port Arthur 35 tahun sebelumnya.
Karena tak belajar sejarah Napoleon, Hitler memutuskan menyerang Uni Soviet secara langsung, dan akhirnya dia terkubur oleh serangan balik Uni Soviet.
Karena tak belajar sejarah ekonomi, banyak orang terburu nafsu menanamkan uangnya dalam "bubble assets" dan kehilangan segalanya cuma beberapa tahun atau bulan kemudian.
Karena tak belajar sejarah bisnis, banyak orang terburu nafsu ikut skema ponzi, MLM, dll.
Dst.  

Kenapa demikian? Bukankah sejarah sendiri dipenuhi oleh contoh² sukses dan zaman keemasan? Kenapa yang terulang adalah kisah² tragisnya?

Setelah saya pikir², saya teringat kutipan dari novel "Anna Karenina" yang ditulis Tolstoy:

"Keluarga bahagia itu semuanya mirip; keluarga sengsara itu sengsara secara beraneka ragam."

Sukses atau bahagia itu susah. Kita harus memenuhi BANYAK hal untuk bisa sukses. Salah sedikit saja, semua jadi berantakan.

Kembali ke pelajaran sejarah dan kehidupan kita. Kehidupan ini masalah pilihan. Untuk mencapai "zaman keemasan" kita harus membuat SERENTETAN pilihan yang benar. Anggap di setiap pilihan kita harus memilih 10 opsi, rasanya cuma 2-3 opsi saja yang benar. Ketika kita belajar sejarah, minimal kita tahu "Opsi A itu akan menghancurkan kita, opsi B kelihatannya bagus tapi dalam 2-3 tahun akan jadi masalah besar, dst." Ketika kita memilih dengan buta, dengan tidak mengetahui sejarah, kemungkinan kita memilih opsi yang salah JAUH LEBIH BESAR. 


Perbaikan
Tapi mungkin saya terlalu berlebihan menganalisa pentingnya sejarah. MUNGKIN para siswa sebenarnya sadar betul pentingnya pelajaran ini. Mereka cuma bilang "Sejarah itu tak penting" sebagai alasan untuk TIDAK memplajarinya karena mereka bosan, karena mereka malas menghapal tanggal.

Kalau itu kenyataannya, berarti perbaikan kurikulum sejarah itu jauh lebih penting dari dugaan saya. Apa saja yang bisa dilakukan untuk membuat pelajaran sejarah menjadi "menarik" dan "mendidik"?

Pertama kita bisa mulai dengan mengurangi penekanan pada penghafalan. Tanggal dalam sejarah itu penting sebab tanggal memungkinkan kita membuat INDEX KRONOLOGIS kejadian di masa lalu. Namun masak kita lupa, di zaman modern ini, siswa yang memiliki BlackBerry bisa membuka wikipedia dan google dimanapun, tidak perlu lagi menghapalkan data² detil yang bisa kapan saja kita periksa di smartphone kita bukan?

Kedua, tekankan betapa menariknya kisah nyata. Jujur saja, saya tak banyak membaca novel sebab buat apa membaca novel kalau kisah nyata, yang benar² terjadi, sedemikian serunya? "Game of Thrones" memang seru dan menarik, tapinya cerita itu terilhami oleh "War of the Roses," perang saudara di Inggris, yang dipenuhi intrik, tipu muslihat, dan tentu saja pertempuran berdarah. Intrik² yang serupa dengan "War of the Roses" ini bisa kita temukan di banyak peristiwa sejarah lainnya. Misalnya, persatuan Jepang setelah era Sengoku, bersatunya Russia setelah era "Times of Troubles", perang² saudara di Cina daratan, perang 30 tahun di Jerman, dll. 

Apa lagi yang menarik dalam novel modern yah ... ah, perjuangan Harry Potter mengalahkan Voldemort! Perjuangan seorang underdog melawan kekuatan besar yg mendominasi dunia! Wah ini sih banyak sekali di dalam sejarah. Baca saja sejarah Chu Goan Chiang mengalahkan dominasi Mongol di Cina dan mendirikan dinasti Ming. Ada lagi cerita sejarah kerajaan Myanmar berhasil mengalahkan invasi besar dari Cina 6 kali! Baca juga sejarah perjuangan Belanda untuk merdeka dari dominasi Hapsburg! Bandingkan perjuangan tsb dengan perjuangan Indonesia sendiri! Oh iya, ternyata Ki Hajar Dewantara sudah melakukannya dan menulis artikel "Als ik Neederlander was ..." mengritik kemunafikan orang² Belanda yang menolak memerdekakan Indonesia ketika mereka merayakan kemerdekaan mereka sendiri.

Intinya: Fokus pada BAGAIMANA sejarah terjadi, pada prosesnya secara keseluruhan! BUKAN apa yang terjadi, bukan pada potongan-potongannya! Apalagi pada tanggal berapa hal itu terjadi!

Ketiga, selain "bagaimana" pertanyaan penting lainnya adalah "KENAPA." Apa saja faktor penyebab sebuah peristiwa bersejarah? Apa hukum atau logika atau hubungannya antara faktor² dan pelaku² sejarah itu? Apa mekanisme pembuat sejarah ini? Apa mekanisme ini masih ada di masa kini? Kalau sudah tak ada, kenapa bisa tak ada lagi? Apa artinya?

Keempat, selain "bagaimana" dan "kenapa" teruskan dengan "apa relevansinya di saat ini"? Misalnya, saat saya membaca sejarah SA dan SS, organisasi tukang pukulnya partai Nazi di Jerman, saya langsung teringat pada perkembangan organisasi radikal di Indonesia. Ketika saya membaca berita Korea Utara berhasil membuat bom atom sementara negara² lain hanya memberi sangsi, saya langsung teringat pada kenyataan pahit bahwa kalau Jerman diserbu di tahun 1934, tidak akan ada holocaust, tidak akan ada dominasi Uni Soviet di Eropa Timur. Artinya, balik ke kata²nya Santayana: JANGAN MAU mengulangi masa lalu yang begitu mengerikannya! 


Tapi, rasanya impian tinggal impian. 

Memberi pelajaran sejarah seperti yang baru saja saya jabarkan SULIT. 
Meneruskan pelajaran sejarah saat ini GAMPANG.

Kenapa gampang? Lah, sang guru sejarah tak perlu susah² memberikan narasi yang menarik ketika mengajar, tinggal membaca buku text di depan kelas. Tak perlu susah² putar otak ketika membuat ulangan, tinggal menghapus tanggal² dari buku text dan meminta para siswa mengisi tanggal² itu. Dan kitapun menciptakan siswa² yang cuma bisa menghapal, bukan menganalisa. Dan kitapun ber-tanya², kenapa bangsa kita miskin terus, kenapa tak maju-maju ...


No comments:

Post a Comment